11

181 17 1
                                    

What happen?

"Aku jatuh hati, bukan untuk
merasakan sakit setelah jatuh hati."

HANDPHONE kepemilikan Aldira tergeletak di lantai sebelah kasurnya. Beberapa menit ia mencari handphone yang ternyata semalam ia taruh di lantai karena suhunya memanas. Tangan Aldira meraih handphonenya dan segera menelpon Nadine. Bukan Tabita, karena Tabita bukan orang yang tepat untuk membantu Aldira kali ini.

"Din, lo bisa jemput gue gak pagi ini?"

"Masuk juga lo?"

"3 hari bolos bosen gue."

"Kayaknya sih bisa. Kenapa kok lo gak gojek?"

"Bokap nyokap kekurangan duit kali ya. Sangu gue terus nurun. Gojek kan gak seribu-duaribu doang."

"Istighfar lo, Dir. Jam 6 udah siap ya!"

"Oke. See you."

Beberapa buku yang sudah tertata rapi mulai masuk ke dalam tas berwarna hitam milik Aldira. Earphone, powerbank, dan alat pengisi kegabutan masuk ke dalam tasnya. Setelah melirik ke arah catatan barang yang wajib ia bawa dan ia rasa lengkap, kakinya melangkah menuruni tangga.

Lina dan Doni menyambut Aldira hangat. Hidangan makanan yang semakin sederhana setiap harinya menyapa pagi Aldira. Aldira hanya tersenyum, memaklumi keadaan orangtuanya yang ia pikir sedang ada masalah dalam keuangan.

Tangannya meraih satu lauk dan sedikit nasi. Di akhir makannya juga ia mengambil roti yang diolesi mentega dan gula.

"Gak kenyang, sayang?" Tanya Lina pada Aldira yang kebingungan mencari sesuatu.

"Buat bekal, Ma."

Jawaban dari Aldira membuat Lina melempar pandangan ke Doni. Keduanya bertatap-tatapan dan pasti merasakan hal yang sama. Aldira bekal untuk menghemat uang sakunya.

"Ma, kotak bekalnya dimana ya?"

"Di dapur," jawab Doni mendahului.

Ketika bekal sudah siap, Aldira segera memasukkannya ke dalam tas dan melirik ke arah jam di dinding.

"Aldira berangkat ya, Ma, Pa."

Gadis berseragam SMA dengan badge kelas 11 di lengan kanannya mencium tangan Doni dan Lina. Ia melambaikan tangannya dan berjalan ke arah pintu. Menunggu Nadine yang akan menjemputnya beberapa menit lagi. Tepat seperti perkiraan, Nadine datang beberapa menit setelah Aldira berdiri di teras rumahnya.

***

Tabita datang ke sekolah lebih awal. Biasanya selalu Aldira dan Nadine dulu yang datang. Gadis itu terlihat mengerjakan tugas di buku yang berukuran besar.

"Tugas apaan, Bit?" Tanya Aldira seraya menaruh tasnya di kursinya. Masih dalam posisi berdiri ia melirik ke arah tulisan Tabita.

"Udah masuk aja lo?"

"Nulis apaan?"

"Ngerangkum aja, bentar lagi kan mau ujian semester."

Aldira tersenyum salut. "Masih 2 bulan lagi dan lo udah serajin ini, Bit? Gue mah h-1 ujian."

Tabita hanya tertawa sekilas dan melanjutkan kegiatannya. Aldira hanya terdiam dengan tangan yang menyangga kepalanya. Sesekali memainkan jemarinya di mejanya dan menimbulkan bunyi ketukan. Matanya yang semula terlihat santai dan damai langsung membulat sempurna.

UNCERTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang