10

198 17 1
                                    

KEMBALI

"Sedikit egoislah untuk kebahagiaanmu.
Karena kita hidup bukan untuk
melihat orang lain bahagia."

SEKOLAH selalu ramai dengan segala jenis muridnya. Jika dibilang bosan, Aldira bosan dengan kehidupan sekolah yang monoton, tetapi kenangannya yang suatu saat nanti akan ia rindukan.

Aldira membuka mulut dan menutupnya dengan telapak tangan kanannya. Masih pagi dan dia sudah menguap untuk ketiga kalinya. Kepalanya ia benam ke dalam lipatan kedua tangannya. Membiarkan lelap datang dan membuatnya pulas.

Baru saja ia masuk ke dalam gerbang bunga tidur, ia merasa namanya dipanggil. Membuat Aldira yang sudah nyaman dengan posisinya, bergerak dan menggeser kepalanya. Menoleh ke arah Tabita yang baru saja datang.

"Lo kenapa, Dir?"

Aldira bersuara lirih, "Gapapa." Dan melanjutkan tidurnya lagi dengan posisinya terakhir.

Semalam ia memikirkan kata-kata untuk membalas chat Arsen selama bermenit-menit dan berjam-jam menunggu balasan Arsen yang tak kunjung datang lagi. Membuatnya lelah di pagi hari ini.

Nadine berjalan mendekat ke arah Aldira. Entah telapak tangannya ingin saja menyentuh dahi Aldira.

"Dir, lo sakit?"

Aldira menegakkan badannya. Kepalanya terasa pusing. Tetapi ia menatap mata Nadine dengan lekat. "Gapapa, Dinn."

"Kalo lo udah gak kuat, bilang gue atau Tabita ya. Buat nganter lo ke UKS biar lo pulang duluan," ucap Nadine penuh perhatian.

Aldira yang masih mengantuk menatap Nadine dengan pandangan yang lesu. Ia menaruh dagunya di meja dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

***

"Dir, lo masih kuat gak?" Tanya Tabita setiap jam pelajaran berganti. Ia terlihat sangat peduli dengan Aldira.

Aldira yang menatapnya dengan mata yang terbuka hanya beberapa mili, tersenyum tipis. "Lo udah ga marah ya?" Perkataan Aldira terdengar lirih.

"Gue anterin ke UKS, ya. Din, bantuin."

Nadine menoleh ke arah Tabita dan segera membantunya mengangkat Aldira agar berdiri.

"Ternyata gue selemes ini yak." Aldira terkekeh sendiri yang justru membuat kedua temannya makin khawatir.

"Lo sakit apa kerasukan sih, Dir?" Tanya Nadine ceplas-ceplos.

Ketiganya berjalan menuju UKS dengan Tabita yang membawa tas Aldira. Beberapa orang melihat Aldira yang semakin melemas dengan wajah yang pucat.

Dari kejauhan di lapangan outdoor, Arsen memandangi Aldira yang semakin melemas. Arsen yang masih dalam pelajaran olahraga memutuskan untuk ijin sejenak pada gurunya dan berlari menghampiri Aldira.

Kurang dari 2 langkah Arsen mendekati Aldira, gadis itu sudah terjatuh tak berdaya. Kedua temannya tak mampu menahan beban Aldira.

"Biar gue yang bawa. Ke UKS kan?" Tawar Arsen yang tanpa persetujuan langsung mengangkat tubuh Aldira.

Ia berjalan cepat menuju uks. Menaruh Aldira di sebuah kasur yang masih rapi dan mencari minyak kayu putih.

UNCERTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang