30

169 13 0
                                    

ENDING

"Jatuh cinta itu ada 2 akhir,
happy or sad."

ALDIRA menarik Nadine dan Tabita mendekat beberapa meter dari seseorang yang ia kira Ringgo.

"Beneran Ringgo?" Tanya Tabita.

"Arsen."

Langkah kaki Aldira terdiam. Matanya terus melihat gerak-gerik Arsen dari kejauhan. Sampai ia tidak sadar Arsen juga melihat ke arahnya.

"Mati," gumam Aldira mengalihkan pandangannya.

"Samperin aja, Dir." Tabita mendorong lengan Aldira untuk menjauh darinya dan mendekat ke arah Arsen.

"Ya masa' gue?"

"Trus siapa? Gue?" Tanya Nadine ikut mendorong Aldira mendekati Arsen. Tetapi Aldira berhasil mempertahankan posisinya.

"Eh."

Aldira masih di tempatnya dengan kedua tangan sahabatnya yang masih menempel di punggungnya. Matanya melihat jelas keberadaan Arsen di depannya. Jauh sebelum Aldira berusaha mempertahankan posisinya dari dorongan kedua sahabatnya, gerombolan Arsen mendorong Arsen dengan kuat ke arah Aldira.

Arsen memperlihatkan senyumannya pada Aldira. Aldira membalasnya dengan tulus. Jauh di dalam lubuk hati keduanya sedang menahan perasaan yang semakin membara dan menahan detak jantung yang berdetak di luar batas normal.

"Jodoh emang gitu ya. Bakal ketemu juga," ucap Arsen memulai basa-basinya.

Aldira menahan blushingnya agar tak terlihat.

"Lo--kemarin kenapa?"

"Lo yang kenapa?"

Arsen menarik nafasnya. "Lo kemarin beda, kaya' jaga sikap. Seakan-akan lo udah gak nyaman sama gue."

Aldira membalas dengan menggelengkan kepalanya. "Gue nyaman sama lo."

"Lalu?"

"Ada perasaan yang cuman bisa gue pendem."

Kedua alis Arsen bertaut seakan ingin bersatu dengan dahinya yang berkerut. "Kenapa?"

"Gak ada ungkapan perasaan yang bisa gue bales," ucap Aldira sudah menjuruskan kode kerasnya.

Senyuman ragu Arsen mengembang tipis.

"Dir."

"Hm?"

"HELLO JAKARTAAA!"

Suara dari salah seorang member 5SOS meramaikan studio dengan teriakan dan tepukan tangan para penonton yang mulai gaduh. Suara Arsen dan Aldira sama sekali tak terdengar.

Aldira melirik ke arah sekelilingnya dan tak menemukan kedua sahabatnya. Begitu juga dengan Arsen.

Arsen mendekatkan mulutnya ke arah telinga Aldira yang membuat Aldira sedikit menjauh karena terkejut.

"Selalu di samping gue," bisikan Arsen menenangkan Aldira yang takut jika kedua sahabatnya meninggalkan dirinya di kota orang.

***

"Lo, pulang sama siapa, Dir?"

Aldira terus memandang layar handphonenya yang masih saja tak menerima notif dari kedua sahabatnya.

"Tabita-Nadine gak bales."

Arsen menarik pergelangan tangan Aldira dari kerumunan orang. Keduanya pergi ke tempat yang lebih sepi.

"Gue tadi sempet dikabarin Michael katanya lagi sama Nadine kok. Tenang aja."

Aldira hanya mengangguk mantap mengikuti langkah kaki Arsen yang terus berjalan. "Mau kemana sih?" Tanya Aldira.

"Ke parkiran mobil temen-temen gue aja. Entar biar Nadine nyusulin."

Langkah kaki keduanya berjalan beriringan dengan keheningan malam. Matahari belum menampakkan sinarnya. Banyak orang berlalu-lalang sedikit memecahkan keheningan di antara keduanya.

"Lo--masih sama Vigo, Dir?" Tanya Arsen yang membuat Aldira menatapnya lekat-lekat.

"Engga."

"Lo mau sama gue?"

"Maksud lo?" Dahi Aldira berkerut dengan tatapannya yang penuh dengan rasa penasaran.

"Gue suka sama lo."

***

LAST CHAPTER TO EPILOGUE

UNCERTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang