TOO DEEP
"Apakah bahagia namanya ketika ada orang yang tersakiti?"
WUJUD Nadine dengan perlahan nampak dari ambang pintu. Memasuki kelas dan duduk bertepatan dengan guru yang baru saja memasuki kelas. Wajahnya terlihat berbeda. Aura yang dipancarkan wajahnya melambangkan dia sedang bahagia saat ini.
"Din, lo kenapa?" Tanya Aldira yang penasaran dengan sikap Nadine.
Tangan Nadine hanya mengode pertanda nanti saja. Membuat Aldira semakin penasaran.
"Nadine kenapa ya, Bit?"
"Kerasukan."
"Lo mahh."
Pelajaran yang akan berlangsung selama 180 menit ke depan menuju istirahat pasti akan membosankan. Aldira sudah bisa menebak seperti itu sama seperti anak yang lain. Sebenarnya itu bukan tebakan, tetapi mutlak adanya. Sejarah dan Sosiologi adalah perpaduan yang pas untuk membentuk nuansa yang membosankan.
Baru beberapa puluh menit guru sejarah berdiri di depan kelas, ia pamit untuk menuju ruang guru. Akan diadakan rapat dadakan. Kabar baik sekaligus buruk bagi siswa-siswi karena sibuknya guru akan membebani mereka dengan tugas yang menumpuk.
"Din, Din, lo kenapa sih?"
Nadine tersenyum sangat manis dan menoleh ke arah Aldira. "Good news for you."
"Apaan, apaan?" Aldira beranjak dari kursinya mendekati Nadine dan duduk berdua dengan berbagi kursi dengan Nadine.
Nadine menaik-turunkan kedua alisnya. "Arsen suka lo."
"Demi apa lo?!"
Sudah diperkirakan oleh Nadine jika respon Aldira pasti begitu. Sehingga beberapa detik sebelum Aldira merespon, jari telunjuk Nadine sudah menutup kedua lubang telinganya.
"Suer dah."
"Jangan bilang lo tadi telat masuk kelas gara-gara--"
"Tepat seperti dugaan lo."
"Nadiiiineeee, lo bilang apa aja emang ke dia?" Rengek Aldira yang terus menarik-narik seragam Nadine.
"Udahlah yang terpenting dia juga suka sama lo."
"Ini seriusss?" Sambung Tabita yang sudah ada di sebelah Aldira. Ia terlihat memasang wajah yang penuh kebahagiaan tetapi ada satu air mata meluncur di pipinya.
"Bit?"
"Gak, gak. Gue nangis terharu akhirnya sahabat gueee--"
"Lebay lo. Udah ah, jangan bahas itu lagi," potong Aldira yang tidak tega melihat Tabita berfakelaugh.
***
Kasur kepemilikan Aldira sudah bergoyang dan mungkin habis ini lantai kamarnya akan retak. Ia terus lompat-lompat dan sesekali melemparkan tubuhnya telentang di kasurnya. Entah ini rasa seperti apa. Tetapi--
Jatuh cinta itu indah, di awal.
Senyuman Aldira tak luntur-luntur. Bahkan ketika ia dipanggil oleh alam, ia masih tersenyum. Seperti kerasukan. Tepatnya jatuh cinta itu membuat orang seperti kerasukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAIN
Teen Fiction"Aldira udah ngelewatin banyak masa. Dimana dia mengalah untuk sahabatnya, menunggu lo yang baik ke semua orang, mantannya yang balik. Sekarang waktu lo buat berjuang."