Malam yang semakin beranjak larut dan hanya menyisakan dengkur-dengkur halus yang saling bersahutan di salah satu barak C. Sudah bukan hal aneh, mengingat yang menghuni di dalam gedung bernuansa krem itu berjenis kelamin laki-laki semuanya. Dari sekian puluh orang yang sudah terlelap, masih ada sepasang mata yang masih terjaga. Berkedip menatap langit-langit barak yang gelap. Krysandavin Erlandhyto atau yang akrab dipanggil Davin ini belum ada niatan untuk memejamkan mata barang sesaat. Pikirannya terus melayang-layang pada sosok gadis yang nggak sengaja ketemu di sebuah pusat perbelanjaan di Magelang. Cewek judes yang kembali mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Seseorang yang memilih pergi dari kehidupannya dengan alasan yang sampai detik ini, Davin sendiri masih belum bisa menerima dengan lapang dada. Bagaimana bisa menerima kalau alasan Marissa Nathania Winata meninggalkannya karena Davin masuk Akmil. Cewek yang dinaungi nama Winata itu nggak bisa menunggu, nggak bisa tanpa kabar, apalagi harus LDR-an. Ditambah kata-kata yang cukup menyinggung hati, tentara gajinya kecil, nggak mampu membiayai hidup Marissa yang glamor tapi saat itu Davin hanya bisa diam. Menjadi tentara juga bukan sepenuhnya keinginan dari Davin. Ayahnya yang seorang perwira tinggi, tentu saja ikut andil dalam keberangkatan ke Tanah Tidar setahun lalu.
Davin mengganti posisi tidurnya jadi menyamping, menatap Harith Viansa. Teman satu letingnya, sekaligus partner in crime. Cowok berdarah Betawi itu tampak pulas dalam tidurnya. Tanpa beban, padahal seharian mereka melakukan aktivitas berat di dalam hutan. Seharusnya, Davin bisa memejamkan mata juga. Cowok itu merasa badannya seperti mau remuk. Tulangnya seperti minta pensiun karena terlalu sering digunakan untuk kegiatan yang luar biasa berat dan diforsir tanpa ampun. Davin mendengus keras ketika dadanya mendadak terasa sedikit sesak.
"Nggak ada yang perlu disesali. Cukup selesein pendidikan, penempatan, dan bekerja menjadi pelayan masyarakat. Lupakan masa lalu, lupakan Marissa," gumamnya mensugesti diri sendiri. Baru juga mata Davin akan terpejam, suara sirine meraung-raung bak genderang dimulainya peperangan. Seketika keheningan nan syahdu tadi mendadak jadi pecah dengan kegaduhan dimana-mana. Termasuk Davin yang harus bolak-balik bertabrakan dengan entah siapa saja saat harus memakai perlengkapan.
"Sial!" umpatnya setelah kesekian kalinya menabrak orang, sekarang lemari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin Hati
Romance"Kata siapa tentara nggak boleh patah hati? Kata siapa tentara nggak boleh melankolis? Dan, sejak kapan aturan itu diberlakukan? Tentara juga manusia. Punya jiwa, punya rasa, dan punya hati." -Krysandavin Erlandhyto- "Aku nggak suka sama tentara. Ti...