"Ahh...," teriak gadis itu kesal. "Holy Shit!!"
Ternyata gadis itu Bianca Clarissa. Bianca adalah seorang primadona di SMA Cendikia. Dia sebenarnya cantik. Namun sayang, sikapnya tidak sebaik rupanya. Di sekolah, dia dikenal sebagai sosok yang angkuh, kasar, dan pemilih. Dia hanya bersikap ramah kepada teman-temannya. Dia kasar kepada orang yang membuat dirinya kesal. Dalam berteman, dia hanya mau bermain bersama teman-teman sepermainannya. Nama perkumpulan Bianca biasa dikenal dengan Cadas, cantik dan cerdas. Dan semua anak, bahkan guru pun telah mengakuinya.
Mata Kyra dan Tavia terbelalak.
Ternyata orang yang terkena muntahan Mikha adalah Bianca. Gadis itu tampak memberengut kesal saat melihat tumpahan muntah Mikha telah mengenai cardigan rajutnya. Dan ia merasa jijik saat berusaha untuk membersihkannya dengan tisu basah miliknya dan mulai mengeluarkan beberapa umpatan.
"Damn it, sekarang gue gabisa masuk sekolah...."
Dengan cepat Kyra menghampiri Bianca, lalu mengeluarkan tisu keringnya dan segera mengelapnya. "Maafkan Mikha, ya, Bin."
Bianca langsung menepis lengan Kyra jauh-jauh, "Gak usah pura-pura bantuin. Gue bisa sendiri." Setelah cardigannya hampir bersih, ia menatap Kyra tajam.
"Gue minta gocap. Sekarang!!"
Sekarang, gadis yang menolak bantuan Kyra malah meminta uang kepada dirinya. Kyra tidak percaya, tenyata Bianca benar-benar seseorang yang tidak tahu berterima kasih.
Kyra merogoh tasnya dan terus berusaha menemukan dompetnya. Namun sedari tadi dia belum menemukannya. Ia mencoba mengingat-ingat letak dompet itu. Dan sialnya, dompet itu tertinggal di rumah dan hanya membawa empat puluh ribu saja.
"Ini," ucap gadis lain sembari menyodorkan selembar kertas biru ke arah Bianca. Kyra menoleh ke arah suara itu berasal dan ternyata ia, Tavia. Ia tidak percaya kalau Tavia akan membantunya.
"Sudah cukupkah untuk biaya laundry bajumu?" sindir Tavia.
Bianca meraih paksa uang itu lalu melengos pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Dan Kyra telah menyimpulkan kalau Bianca adalah orang yang tidak tahu diri."Terima kasih," ucap Kyra diiringi senyum manis kepada sahabat barunya, Taviana.
[MCIB]
Mikha sendirian.
Sekarang, Mikha duduk sendiri di halte tempat mereka bertiga turun. Sedangkan Kyra dan temannya sedang belajar. Mikha ingin sekali belajar, sama seperti dengan teman-teman yang lainnya. Namun ia tidak punya seragam dan buku-buku yang seperti dimiliki Kyra.
Jalanan ibukota Jakarta kian ramai. Banyak mobil, bus, bahkan mobil bawaan yang besar berlalu lalang. Ia juga melihat beberapa pekerja kantoran berjalan melewatinya.
Mikha teringat saat Kyra berpesan padanya sebelum ia sekolah.
"Jangan buat masalah lagi dengan orang lain."
Dan Mikha akan selalu mengingat pesan itu.
[MCIB]
Sinar mentari kini mulai memancarkan cahayanya tepat di atas kepala. Dimana cuaca saat ini terlalu cerah. Siang ini cukup panas. Dan situasi ini membuatnya cepat merasa lapar dan harus makan.
Terlintas di pikirannya untuk mampir di Food Court, tempat dirinya dan Kyra makan bersama pertama kalinya. Mikha hanya perlu berjalan selama lima menit agar sampai di tempat itu dan akhirnya ia bisa menemukannya.
Namun sayang, Food Court itu terlalu penuh.
Mikha dapat melihat keadaan tempat makan itu yang disesaki oleh orang banyak. Ada dari kalangan pelajar hingga pekerja kantoran. Memang sekarang sudah masuk dalam waktu makan siang. Ditambah banyak makanan yang ditawarkan dan harga yang terjangkau malah menambah sesaknya tempat itu. Dan dirinya enggan makan di sana.
Ia berjalan sedikit menjauh dari Food Court yang ramai itu. Kini perutnya sudah berbunyi meminta makan dan tenggorokkannya mulai terasa kering. Sulit sekali rasanya menemukan tempat untuk makan siang.
Tiba-tiba, Mikha mencium sesuatu. Ia mencium aroma makan yang begitu harum. Ia mencari sumber dari aroma itu dan ia melihat sebuah tempat makan yang bertuliskan 'Masakan Padang'.
"Mungkin itu enak," ucapnya. Lalu ia memutuskan untuk makan di sana.
Aroma khas rempah-rempah menyeruak ketika Mikha baru saja sampai. Ia bersyukur karena tempat makan ini tidak terlalu penuh seperti yang ada di Food Court tadi. Hanya ada beberapa pekerja kantor yang sedang asyik berbincang dan merokok.
Mikha menghampiri meja pemesanan, lalu ia memesan ayam bakar dan jus jeruk. Memang, itu menjadi menu andalan yang selalu Mikha cari di tempat makan yang ia kunjungi. Dan petugas restoran itu menyuruh Mikha untuk menunggu.
Mikha memilih untuk duduk berada dekat dengan jendela yang menghadap kea rah jalanan. Ia memandangi setiap kendaraan yang lewat di depan rumah makan itu. Dan ia melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat tempatnya sekarang.
Laki-laki itu sudah tidak asing dengan mobil mewah itu. Mobil putih keluaran Negara Eropa. Seperti ia pernah melihat itu sebelumnya. Saat Mikha mencoba melihat plat nomor dari kendaraan itu, seseorang datang dan mengagetkannya.
[MCIB]
Ternyata orang asing itu bukan penjahat, melainkan salah satu pelayan dari rumah makan itu.
"Maaf, Mas, menganggu," ucap petugas itu dan berhasil mengagetkan Mikha yang sedang melamun. Lalu ia meletakkan makanan yang dipesankan Mikha.
"I-iya," sahut Mikha gelagapan. Pikirannya buyar saat orang itu datang. Saat menoleh, ternyata ia merupakan pelayan yang mengantarkan makanannya. Dan ia dapat melihat namanya di name tag yang dipakainya, Dhika. Lalu ia mengangguk.
"Sudah semuanya, kan, Mas?" tanya Dhika.
Mikha mencoba mencari sendok makan, namun dia tidak menemukannya. Lalu ia bertanya pada Dhika, "Mas, kok gak ada sendoknya. Saya makan pakai apa?"
Dhika tersenyum. "Mas, saya beritahu, ya. Kalo makan di restoran padang, biasanya mereka enggak mau makan pakai sendok. Kebanyakan makanya langsung menggunakan tangan. Katanya, sih, makan masakan padang lebih enak jika menggunakan tangan. Rasanya lebih nikmat."
"Tapi saya gak bisa makan pakai tangan, harus pakai sendok. Biar higienis," tutur Mikha.
Tampaknya Dhika mulai kesal, lalu ia memindahkan semangkuk air dengan jeruk nipis di tangannya. "Coba deh, mas cuci tangan dulu. Lalu mas makan pake tangan, lebih enak. Lagian mas gak akan mati setelah makan ini, kok."
Mikha enggan menjalankan instruksi dari Dhika. Karena rasa kesalnya yang sudah memuncak, dia memasukkan tangan Mikha ke dalam mangkuk itu. Dhika tampa meremas-remas tangan Mikha dengan jeruk nipis. Dan Mikha hanya bisa pasrah.
Tangannya kini telah bersih berkat bantuan Dhika. Lalu Mikha mencoba mengambil sedikit bagian dari ayam bakar. Ia menaruh potongan ayam bakar itu tepat di atas nasi yang panas itu, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Ternyata....
"Enak, mas, enak," ucap Mikha saat mulutnya masih penuh dengan makanan. Dan Dhikha tersenyum, lalu ia pergi meninggalkan pria itu.
Mikha tampak menikmati kelezatan dari nasi padang itu. Sedangkan seseorang yang tidak asing tengah menatap penuh rindu padanya. []
KAMU SEDANG MEMBACA
[TLS-1] My Cutie-Idiot Boy ✅
Подростковая литература#1 of Teenagers Life Series. Pernahkah kamu bertemu dengan seorang yang asing? Bahkan orang asing itu harus tinggal bersama dirimu? Itulah yang dirasakan Kyra Febiola, seorang gadis sederhana yang bertemu Mikha, orang asing yang katanya lupa inga...