TAKSI yang ditumpangi Tavia dan Kyra sampai di pelataran The Classical. Tavia segera mengambil uang dari clutch-nya dan memberikannya pada supir taksi. Sedangkan Kyra masih sibuk memasang sepatu hak tinggi di kakinya.
"Ayo, turun," ujar Tavia yang berancang-ancang membuka pintunya. Namun, Kyra langsung cepat mencekal langkahnya.
"Tunggu, aku enggak ngerti pake sepatu ini. Bisakah pakai sendal saja?"
"Astaga, Kyra." Tavia berdecak sebal. Lalu ia membantu gadis itu memakai sepatunya. Setelah selesai, "Aku turun duluan, nanti baru kamu."
Sebelum Kyra menjawab, temannya itu sudah keluar dari mobil. Sebenarnya, ia malas mengenakan pakaian ketat seperti gaunnya ini. Ditambah sepatu hak tingginya yang berujung lancip yang menguji kesabarannya. Namun, riasan wajah dan rambutnya yang tertata apik ala Tavia membuatnya ia sedikit menjadi seorang wanita malam ini.
Kyra itu menarik napas pelan, mencoba menyeimbangkan tubuhnya dan merapikan sedikit tataan rambutnya. Ia berharap kalau tidak banyak orang asing yang hadir di pesta itu. Juga berharap bahwa teman-teman kerjanya tidak menyadari kehadirannya di sana.
Kedua gadis itu berjalan beriringan melewati setiap anak tangga The Classical. Lalu disambut oleh dua penjaga pintu restoran yang sigap membukakan pintu bagi mereka. Pintu restoran itu terbuka lebar dan betapa terkejutnya Kyra saat mengetahui banyak tamu pesta di sana. Dengan penuh rasa percaya diri, mereka berdua melangkah ke tengah ruangan pesta.
Kyra mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan pesta, berharap menemukan orang lain yang dikenalnya selain Tavia. Ia juga belum melihat sang pengajak pesta sekaligus anak pemilik restoran ini, Mikha.
"Kyra!!"
Akhirnya, seseorang memanggil namanya. Lantas, ia bergerak mencari sumber suara. Ia berharap kalau itu Mikha, dan ternyata yang datang ialah Aaron. Laki-laki yang sempat jadi idolanya itu tampak mengenakan jas biru donker bergaris dengan kemeja putih datang menghampirinya.
"Yah, Aaron lagi...." celetuk Tavia.
"Aaron??" Kyra memandang Aaron heran. "Tumben kok kamu datang? Kemarin, kamu ngomong kalo kamu gak mau datang."
Aaron mulai mengembangkan senyumannya, tampaknya ia kelihatan salah tingkah. "Ehm, ya mau datang aja. Lagipula, kan, udah diajak temen sendiri, masa ditolak??"
"Ya, benar juga." Kyra menatap sekilas pakaiannya. "Kok, gak jadi pake kemeja flannel?"
"Iyalah, nanti aku marahin, Kyra."
Lantas, Kyra mendengar seseorang menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditujukan kepada Aaron. Betapa terkejutnya saat ia menemukan Mikha kini berada di belakangnya.
"Mikha!!" pekik Kyra senang. Guratan senyum tipis mulai menghiasi wajah gadis itu. saat menyadari kehadiran Mikha yang cari-cari tadi. Laki-laki itu mengenakan jas berwarna coklat muda dengan kemeja putih bercorak dan dasi kupu-kupu merah. Tidak lupa, rambutnya juga ditata sedikit lebih rapi sehingga ia kelihatan lebih kurus dan tampan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TLS-1] My Cutie-Idiot Boy ✅
Teen Fiction#1 of Teenagers Life Series. Pernahkah kamu bertemu dengan seorang yang asing? Bahkan orang asing itu harus tinggal bersama dirimu? Itulah yang dirasakan Kyra Febiola, seorang gadis sederhana yang bertemu Mikha, orang asing yang katanya lupa inga...