#1 of Teenagers Life Series.
Pernahkah kamu bertemu dengan seorang yang asing? Bahkan orang asing itu harus tinggal bersama dirimu?
Itulah yang dirasakan Kyra Febiola, seorang gadis sederhana yang bertemu Mikha, orang asing yang katanya lupa inga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sehari setelah kepergian Mikha.
SUARA alarm ponselnya kini menggema ke seluruh ruangan. Kyra segera mengambil ponsel itu dengan asal dan mematikannya. Ia menggeliatkan tubuhnya karena semalam dia harus bekerja lembur, ditambah berkeliling mencari Mikha. Badannya terasa remuk, tetapi ia harus segera bangun dan menyiapkan sarapan.
Saat Kyra merapikan tempat tidurnya, ia merasa hampa. Tidak ada lagi Mikha yang menyebalkan tidur di sampingnya. Tidak ada orang yang selalu mengajaknya berngobrol sebelum tidur. Dan ... tidak ada lagi orang yang memegang tangannya saat tidur.
Dia benar-benar pergi.
Kala Kyra menyediakan sarapan, ia kembali teringat akan sosok Mikha. Dimana laki-laki itu bosan sarapan dengan menu nasi gorengnya, tetapi ia selalu menghabiskannya tanpa sisa. Laki-laki itu kerap kali meminta Kyra untuk menyuapinya selagi dia asyiknya menonton TV.
Dia benar-benar tidak bisa melupakan kenangan itu.
Pagi ini, Kyra pun merasakan sesuatu yang berbeda. Dimana tidak ada lagi orang yang menahannya pergi ke sekolah. Tidak ada orang yang mengekorinya setiap saat. Dan, tidak ada yang membuat harinya menjadi buruk.
Dia rindu pada Mikha. Tetapi kenyataannya, dia telah pergi. Kyra berangkat ke sekolah dengan rasa lemas. Dia tidak benar-benar semangat sekolah. Rasanya, ia ingin Mikha selalu berada di sampingnya, laki-laki yang selalu membuat dirinya jengkel hampir setiap hari.
Sudah sepuluh menit Kyra menunggu bus yang biasa mengantarkannya ke sekolah. Ia beberapa kali menghentakkan kakinya, tampak gelisah, takut ia akan terlambat. Walaupun sebenarnya, waktu masih menunjukkan pukul enam lewat. Tiba-tiba, sahabatnya sudah berada di sebelahnya.
"Hayo, sendirian aja," celetuk Tavia. "Cowok itu mana?"
Kyra bungkam dan hanya mengangguk lemah. Sebenarnya ia malas saat harus membicarakan tentang Mikha.
"Tumben, dia gak ngekor kamu ke sekolah?" Tavia menyikut lengan Kyra, berusaha menggodanya. "Takut muntah lagi, terus muntahnya depan Bianca?"
Kyra memalingkan wajahnya, "Enggak kok. Siapa yang takut?!" Kemudian bus yang dinantikan Kyra telah datang. "Itu bus nya."
Tavia berdecak sebal karena pertanyaannya belum terjawab oleh Kyra.
[MCIB]
Sepanjang perjalanan, Tavia selalu membicarakan soal Mikha. Entah keberadaannya dimana, alasan mengapa dia tidak ikut ke sekolah formal, sampai mengapa Mikha yang tinggi besar itu kelihatan lucu nan menggemaskan. Kyra enggan menjawab karena hatinya masih sedih ditinggalkan oleh Mikha. Laki-laki yang menurutnya idiot, tetapi juga dapat membuatnya rindu.
Kyra melewati sepanjang harinya di sekolahnya dengan rasa kesepian. Tetapi ia mencoba mengalihkan rasa itu dengan menyingkir dari keramaian kelas dan membaca buku di taman sekolah. Walaupun itu hal yang sederhana, Kyra percaya kalau hal itu bisa melupakan rasa kepada Mikha.