MCIB #5

1.2K 91 69
                                    

KINI, Mikha telah pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KINI, Mikha telah pergi. Perlahan, Kyra mulai memelankan tangisannya. Namun ia belum dapat menghentikan sengukan akibat menangis. Mungkin ia tidak menyadari bahwa sudah berapa lembar tisu yang ia habiskan untuk menangisi kepergian Mikha. Kyra kembali mengambil tisu pemberian ayahnya, lalu ia menghapuskan sisa-sisa air matanya.

"Sudah selesai?" tanya ayahnya yang terdengar cukup tegas. Ayahnya kini duduk bersila di hadapannya dengan tangan yang terlipat di depan dada. "Atau masih ingin menangis?"

Tampak sebuah senyuman merekah dari wajah Kyra. Ia langsung melayangkan pukulan pelan ke bahu ayahnya karena beliau baru saja mengejeknya. Ayah Kyra berpura-pura meringis kesakitan. Ia tampak tersenyum dan terlihat senang saat anaknya kini kembali ceria.

"Nah, begitu, nak." Ayahnya lalu mengusap rambut anaknya perlahan. "Bisakah sekarang kamu bercerita, soal laki-laki tadi?"

Kyra menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan napasnya cukup kuat. Sebenarnya ia belum siap sepenuh hati untuk menceritakan pria itu, lebih tepatnya sosok Mikha. Pria yang baru ia temui tadi sore dan mengantarkannya pulang. Ia takut kalau Kyra mengatakan semuanya dengan sejujur-jujurnya, ayahnya akan memarahinya dan melarang Kyra untuk berteman dengan Mikha.

"Apakah ayah akan marah jika aku menceritakan semuanya?" tanya Kyra sebelum bercerita.

Ayahnya berkata, "Selama kamu berkata jujur, ayah tidak marah. Tidak akan marah."

Kyra akhirnya memberanikan diri untuk bercerita, "Sepulang sekolah, Kyra ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Tiba-tiba, Kyra melihat seseorang yang memakai jaket kulit seperti Abi. Kyra mengira, kalau pria itu adalah Abi. Ternyata dia bukan Abi, melainkan Mikha, orang yang ayah lihat tadi. Jaketnya sama sekali milik Abi. Namun, Mikha tidak mengenal Abi. 

"Lalu saat Kyra ingin pulang ke rumah, Kyra bertemu dengan Mikha di jalan. Mikha-lah yang mengantarkan Kyra sampai ke rumah. Karena dia kelaparan, Kyra masakin mie untuk dia. Dan saat ayah datang, Kyra panik. Soalnya ayah pernah marah saat Abi membawa pacarnya ke rumah. Maka Kyra menyuruh Mikha untuk bersembunyi di lemari. Dan ternyata, ayah telah mengetahuinya."

Ayahnya mencoba untuk memahami setiap detil apa yang diceritakan Kyra. Lalu beliau kembali bertanya, "Apakah ada lagi?"

Kyra mencoba mengingat-ingat saat dirinya berjalan bersama. "Oh iya. Kan, Kyra nanya apakah Mikha punya rumah. Tapi Mikha hanya diam saja dan tidak mau memberitahukannya. Saat Kyra tanya keluarganya, dia tetapi tidak ingin menjawab. Kyra takut kalau Mikha benar-benar tidak punya tempat tinggal dan tidak punya keluarga. Kan kasian, Mikha harus sendirian dan tidur tanpa beralaskan selimut, yah. Makanya Kyra bawa ke sini supaya dia bisa bermalam di rumah kita." Lalu ia meletakkan gulungan bekas air matanya yang sedari ia mainkan selama bercerita tentang Mikha. "Jadi, ya, begitulah, yah."

Ayahnya tampak terdiam, mencoba untuk memikirkan kembali dan merenungkannya dalam hati. Kyra terus menunggu, respon apa yang ayah berikan setelah mendengar cerita panjang lebarnya barusan. Apakah beliau akan bertambah marah? Ataukah sebaliknya?

"Kyra," panggil lembut ayahnya. Tampaknya ayah Kyra sudah tidak dapat menahan emosinya dan beliau mulai menitikkan air mata. Kini, ayahnya yang justru menangis.

"Ayah jangan nangis," ujar Kyra sembari mendekat pada ayahnya lalu memeluknya. "Maaf Kyra yah kalau Kyra salah tadi. Ayah jangan nangis, biar Kyra aja yang nangis, yah."

Justru kata-kata itu semakin mengiris hati ayahnya. Ayahnya seperti ditampar oleh sesuatu. Beliau tidak dapat menghentikan air matanya agar tidak terus jatuh. Kata orang, sesedih-sedih apapun seorang laki-laki pasti juga akan menangis. Dengan cepat, Kyra mengambil selembar tisu dan menghapuskan tangisan ayahnya.

Ayahnya kini mulai bercerita, "Ayah sungguh kagum dengan tindakanmu, nak. Kamu sangat baik sekali pada orang-orang. Bahkan kamu rela membantu Mikha. Dirimu sangat mirip sekali dengan apa yang ibumu lakukan pada ayah waktu ayah masih seumuranmu."

Kyra terkejut saat mendengar pernyataan itu, "Hah, ibu? Ayah belum pernah cerita sama Kyra tentang itu." Dirinya tampak antusias mendengarkan cerita ayah, yang kedengarannya seperti sebuah dongeng.

"Kisahmu dengan Mikha hampir sama seperti ayah dan ibu. Jadi, waktu dulu, ayah tinggal di sebuah rumah sederhana di lereng gunung. Ayah tinggal bersama dengan ayah ibu dan ketujuh saudara ayah lainnya. Saat itu hujan deras, sangat deras. Ibu memanggil ayah untuk segera pulang, namun ayah tetapi keras kepala dan tidak mau pulang. Tiba-tiba saja gunung itu longsor dan menimpa rumah ayah. Sedangkan orang tua dan saudara ayah terjebak di sana. Ayah ingin menolongnya. Namun nasib berkata lain, semua keluarga ayah tewas dan ayah menyesalinya."

Seketika hati Kyra tersentuh saat mendengar setiap detil cerita ayah. Mungkin, ayah juga tertekan karena dia sudah tidak punya keluarga dan tempat tinggal.

"Saat itu, ayah dan warga lainnya harus mengungsi ke desa tetangga. Di sana hanya ayahlah anak terkecil yang masih hidup. Sedangkan teman-teman yang seumuran ayah telah pergi dulu. Ayah merasa putus asa dan kesepian. Namun, ibumu datang menghampiri ayah dan mengajak ayah untuk tinggal bersama dengannya. Dan ibu dan ayah selalu bersama dan memutuskan untuk menikah."

Setelah bercerita panjang, Kyra memberikan segelas air kepada ayahnya. Dia tidak percaya bahwa ayahnya bertemu dengan ibu dengan jalan seperti itu. Memang cukup menyakitkan di awal, namun ayah bahagia bisa menikahi ibu, sahabat pertamanya.

Ayah berdeham, "Kyra, apakah kamu masih ingin bertemu dengan Mikha?"

Mendengar nama Mikha, pikiran Kyra langsung dibayangi dengan wajah menggemaskan Mikha. Sebenarnya, Kyra ingin menemuinya dan mencubit pipi Mikha sampai puas. Namun Kyra takut kalau ayahnya justru tidak mengijinkannya. "Memang boleh?"

Ayahnya mengangguk, "Ya, kalau kamu pengen ketemu lagi dengan dia, cari dan temukan dia. Ayah takut dia akan benar-benar menghilang."

Kyra tidak percaya saat ayahnya memberikan kesempatan kepada Kyra untuk mengejar pria itu. Kyra langsung memeluk tubuh ayahnya kuat-kuat, lalu ia melompat ke udara. Dia segera meraih jaket yang dipinjamkan Mikha dan keluar. Mengejar pria asing yang ia temui tadi sore.

[MCIB]

"Mikhaaaa,"

Kini waktu di jam tangannya menunjukkan pukul sebelas malam. Sebentar lagi akan masuk tengah malam. Padahal Kyra sudah sejam lebih mencarinya di taman, tempat mereka bertemu. Di Food Court, tempat mereka makan malam. Hasilnya tetap saja nihil.

Mungkin saja, ayahnya mengkhawatirkan dirinya. Tadi, Kyra sudah ijin pada ayahnya. Rasa kantuk dan lelah kini menghampirinya. Mencoba untuk memengaruhinya agar menyerah dalam misi pencarian Mikha. Namun, Kyra berjanji tidak akan pulang ke rumah sebelum menemukannya.

Kyra berhenti di depan salah satu minimarket yang buka dua puluh empat jam. Ia mengatur napasnya agar tidak cepat kelelahan. Karena harus, Kyra memilih untuk membeli sebotol air dingin. Saat hendak masuk minimarket, ia melihat seseorang yang baru ia kenal.

Mikha, yang sedang makan bersama seseorang. []

March, 11th 2017

[TLS-1] My Cutie-Idiot Boy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang