GADIS itu baru saja menemui seseorang. Laki-laki sedarah dagingnya, yang pergi meninggalkannya cukup lama, lalu kembali dengan masalah besar. Pertemuan ini sungguh menyakitkan, perih untuk dikenang kembali. Ia bertemu kembali dengan laki-laki itu yang berhasil membuatnya bertekuk lutut atas apa yang telah dilakukannya.
Tidak tega sebenarnya Kyra melihatnya. Kakaknya yang memohon atas segala kesalahan dan mengacaukan kehidupan baru tanpanya. Gadis itu mencoba tegar, bersikap seolah-olah kuat, padahal hatinya sangat rapuh. Ia tidak ingin kakaknya mengetahui, betapa rindunya ia pada sang kakak. Sayangnya, amarah besar menguasainya sehingga ia menyemprot kakaknya dengan ungkapan yang sudah lama dipendamnya, geram.
Kyra tidak ingin terlihat lemah di hadapan kakaknya, maka ia memilih keluar dari ruangan itu dan mencari tempat bersembunyi. Air mata sudah berada di ujung, hendak keluar namun tertahan.
Pada akhirnya, tangisan Kyra pun meledak bagaikan bom atom menghujami bumi. Ia menangis, menangis sekeras-kerasnya dan sepuas yang ia mau tanpa merasa diawasi. Toilet benar-benar tempat persembunyiannya saat hendak menangis, ia tidak suka orang lain melihatnya menangis. Butuh beberapa lama baginya untuk menenangkan dirinya, setelah berhenti ia memilih keluar dari sana.
Tiba-tiba seseorang menghampirinya, yaitu ayah Mikha.
"Kyra...."
Mendengar seseorang memanggil namanya, Kyra mengangkat kepalanya. Betapa terkejutnya saat Pak Henry, pemilik restoran The Classical yang semalam kemarin kacau balau datang ke kantor polisi. Pria paruh baya itu masih mengenakan pakaian kemarin. Yang berbeda ialah dahinya berkerut dan kantung mata Pak Henry, pemilik restoran The Classical yang semalam kemarin kacau balau datang ke kantor polisi. Pria paruh baya itu masih mengenakan pakaian kemarin. Dahinya terlihat berkerut dan kantung mata yang besar, mungkin saja pria itu sedang kelelahan. Apalagi, anaknya, Mikha, kini harus masuk rumah sakit karena ulah kakaknya. Rasanya ia tidak tega melihat ayah Mikha menderita seperti ini.
"Iya, Pak." Kyra menyeka sisa air matanya. "Ada apa ya Pak?"
Spontan Pak Henry memberikan tisu pada gadis itu, "Gunakan ini untuk menghapus air matamu." Beliau menarik napas pelan, "Sebenarnya saya ingin berbicara denganmu sebentar. Boleh??"
Kyra menerima gumpalan tisu pemberian Pak Henry dan segera menghapus air matanya. Tisu itu tercium seperti obat-obatan rumah sakit. Seketika ia mengingat Mikha dan ayahnya yang kini sedang dirawat di sana. Lalu ia mengangguk perlahan.
"Baik, Kyra. Mungkin kita akan berbicara di tempat lain. Ayo kita pergi."
Akhirnya, Pak Henry memutuskan mengajak Kyra ke suatu minimarket yang tidak jauh dari sana. Sesampainya di sana, beliau masuk untuk memberi beberapa makanan sedangkan Kyra menunggunya di luar. Betapa terkejutnya ia saat melihat beberapa mangkuk plastik berisi makanan berat, dua gelas teh hangat, dan beberapa bungkus granola yang dibawakannya.
Pak Henry memberikan salah satu mangkuk, "Makan ini, pasti kamu lapar. Jangan lupa kamu minum teh hangatnya, ya." Beliau tersenyum, "Kalau kamu masih lapar, makan saja granolanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TLS-1] My Cutie-Idiot Boy ✅
Teen Fiction#1 of Teenagers Life Series. Pernahkah kamu bertemu dengan seorang yang asing? Bahkan orang asing itu harus tinggal bersama dirimu? Itulah yang dirasakan Kyra Febiola, seorang gadis sederhana yang bertemu Mikha, orang asing yang katanya lupa inga...