empat puluh tujuh - he knows and he cares

107K 6.2K 329
                                    

Author's POV

“Lo gak ada hak ada disini.” Kata-kata Devin mengambang diudara, begitu dingin dan mematikan.

Sea bisa melihat kepalan Adriel yang kini bergetar tanda emosinya semakin memuncak. Sea sudah berniat untuk menenangkan cowok itu namun ia melakukannya tidak cukup cepat. Adriel sudah keburu melangkah melewatinya, dengan langkah berat dan penuh emosi, menuju pada Devin yang beberapa langkah dibelakangnya.

Sea memutar tubuh dengan cepat, berusaha meraih punggung Adriel saat cowok itu sudah berada tepat didepan Devin, dan…

Buagghhh!!

“KAK ELLL!!”

Suasana riuh seketika dengan bogeman keras yang dilancarkan Adriel pada Devin. Dan Devin? Mendapat pukulan keras seperti itu tentu membuatnya  tidak terima, dengan cepat pukulan Adriel tadi berubah menjadi sebuah adegan pertarungan baku hantam yang menegangkan.

Teriakan Sea yang memanggil nama keduanya pun tidak digubris mereka berdua. Sea panik seketika, Adriel dan Devin nampak saling ingin membunuh satu sama lain. Orang-orang di OSIS pun tidak ada yang berani melerai. Sampai ketika Adriel terbaring diatas lantai dengan Devin diatasnya yang terus menonjoknya, Sea tidak tahan lagi.

Dengan refleks, kakinya melangkah mendekati keduanya bermaksud untuk menghentikan pukulan bertubi Devin pada sosok Adriel yang masih berusaha bangun sambil menahan semua pukulan.

“Sea, jangan!” Itu teriakan Ara yang nampak tidak digubris oleh Sea, gadis itu terus mendekati Devin dari belakang dan ketika ia sudah mampu menggapai Devin, ia menahan tangan cowok itu dengan sekuat tenaga, berusaha menariknya agar berhenti melukai Adriel.

Tapi Devin yang sedang dalam mode amarah tingkat tinggi tidak sadar orang yang berusaha melerai mereka adalah Sea. Sikunya ia hantamkan dengan keras kebelakang. Alhasil sikuan itu kena tepat di hidung Sea yang seketika membuat usaha gadis itu gagal, ia terlempar kebelakang cukup keras sambil memegangi hidungnya.

“SEAAA!!!” Ara tanpa berpikir melompat dan mengangkat kepala Sea, darah segar mulai mengalir dari dua lubang hidungnya. “DEVIN! INI SEA GOBLOGG! Sea, Sea? Lo denger gue?”

Mata Sea membuka sedikit dengan ringisan di bibirnya sebelum ia kemudian terlihat mengecap. “Kak Ara? Apa ini, kok ada rasa amis-amis? Kayak enak.”

“Panggilin anak PMR sekarang!” Teriak Ara pada siapapun itu yang masih berdiri disana.

Devin yang mendengar perkataan Ara tadi, sontak menghentikan pukulannya dan berbalik. Disanalah ia menemukan Sea yang terbujur tidak berdaya didalam dekapan Sea. Ekspresi wajahnya berubah seketika, tidak ada lagi kernyitan dahi marah yang tercetak disana, semuanya datar, ekspresi datar yang menunjukkan arti shok dan tidak percaya. Ia memukul Sea?

Untuk beberapa lama Devin berdiri disana, mematung. Kakinya ingin ia gerakkan untuk mendekati Sea tapi baru satu langkah ia keluarkan, otaknya memaksa tubuhnya untuk tidak mendekat lagi. Bagaimana kalau ia mendekat dan malam membuat Sea semakin terluka? Bagaimana kalau ia mendekat dan malah membuat Sea semakin menderita? Ia pelaku yang membuat Sea kini berdarah disana. Dia pelakunya dan bukan orang lain.

Dengan pemikiran itu, Devin tanpa pikir panjang kembali melangkah. Tapi bukan kearah Sea, melainkan pintu keluar yang sudah dikerubungi banyak orang. Devin tidak peduli, dengan penampilan acak-acakan, beberapa memar dan darah diwajahnya, ia pergi meninggalkan OSIS yang sedang sangat heboh. Entah kemana, tidak ada yang tahu pasti. Yang jelas, sejak hari itu sampai beberapa hari setelahnya, Devin tidak pernah terlihat di sekolah lagi.

*

Berita tersebar dengan cepat bagaikan virus zombie di film-film barat. Isinya? Seperti kebanyakan berita heboh lainnya, berita yang tersebar ini tentu perihal apa yang terjadi di OSIS pagi tadi tapi dengan bumbu-bumbu tambahan yang semakin banyak setiap kali cerita itu berganti mulut. Dan yang disalahkan? Tentu hanya satu orang yang dikatakan penyebab semua ini, Sea.

The Most Wanted Boy [Komplet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang