sepuluh - di apartemen berdua

197K 10.6K 390
                                    

~vote first, read, comment in the line then~

Alesea’s POV

Aku masih diam seribu bahasa sambil berusaha mencerna apa yang terjadi baru saja.

“Nengg! Enengg!” Teriakan diantara beberapa suara mesin kendaraan dijalan raya saat ini menarik perhatian telingaku, Siapa gerangan akang bersuara tampan yang memanggilku dengan sebutan eneng ini?

Aku menoleh dan menemukan seorang tukang galon diatas motor galonnya sedang menatap kearahku, idih ini kalo bukan mau nawarin galon pasti mau ngegoda. Ckck, gak liat apa gue lagi sama Devin? Gantian dong.

Aku memutuskan tidak mengindahkan panggilan manis itu, takutnya Devin cemburu.

“Enengg, woyy!”

“Ihh~ apasih bang?” Aku menjawab dengan irama, berbalik dengan kesal. Gak tau orang lagi romantis boncengan berdua apa?

“Itu nengg.” Si abang galon menunjuk keatas.

Aku menengadah, “Apa? Langit? Iya itu emang langit bang, yang bilang pantat panci siapa?”

“Aduh, bukan neng, itu—”

“Itu apa bang? Abang mau ngegombal bilang langit lagi cerah kayak senyuman saya? Alah, basi bang, kalo mau ngerayu jangan saya, saya udah ada yang punya!” Cih, basi!

“Idih amit, bukan neng. Itu saya mau ngasih tau helmnya kebalik, jatuhnya malah lucu.”

“Hah?” Dengan cepat aku meraba-raba kedua kepalaku, kok?! “OMEDEV!!”

Ckiitttt!!

Mampus!

“Apa sih lo?!”

Aku sedikit tersentak dengan makian Devin yang terdengar kesal. Tapi, bukan itu masalah yang harus aku pikirkan sekarang, ada yang lebih gawat dibanding teriakan galak Devin barusan.

BADAN GUE NEMPEL SEMUA DI BADAN DEVINN. OMEDEEVVVV!!!

“Neng, helmnya dibalik, tuh di depan ada polisi lagi mantau!”

Sekali lagi suara itu membawaku kembali ke dunia nyata. Dengan cepat kuusahakan tubuhku kembali ke tempatnya semula atau kalau tidak besok bisa-bisa aku masuk koran karena melakukan sesuatu yang aneh di depan umum, “so—sorry, Dev, otak gue—eh maksudnya helm gue kebalik.”

Dapat kudengar Devin menghela napas kesal, “Pake yang bener. Entar kena sleding.”

Aku mengangguk dan melepas helmku dengan cepat sementara Devin kembali melajukan motornya. Btw, thanks to abang tukang galon yang tadi, maaf udah suudzon.

“Woi!”

Aku berbalik mendengar panggilan samar Devin, kulihat kini Devin mengarahkan spion hingga pantulan dirinya dapat terlihat olehku, mmm, pasti pengen liat muka gue tuh.

“Iya, Dev?” Jawabku dengan manis.

“Kancingin jaket gue.”

“Hah? Kencingin?” What?

“Jaket gue, kancingin!”

“Oh kancingin—heh?” Aku melotokan mata, kancingin jaketnya dia? Ah? Maksudnya, emm, sekarang? Atau gimana? “Se—sekarang Dev?”

“Kemaren!” Jawabnya tidak santai, “Di depan ada polisi, kalo tau kita masih SMA, bakal diberhentiin, gue gak bawa stnk.”

Aku diam mencerna penjelasan Devin yang walau samar masih bisa kudengar. Dengan reflex aku menatap kedepan, dan memang benar meski masih agak jauh aku bisa melihat baju ijo-ijo berkilauan, itu pak pol!

The Most Wanted Boy [Komplet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang