sebenernya subuh tadi udah up, tapi ternyata alurnya salah. jadi diganti yang ini. maap.
~vote first, read, comment in the line then~
Author's POV
Hari Senin kembali datang. Seperti biasa Sea kembali terlambat. Ia terlihat berlari di sepanjang koridor dengan tergesah-gesah berharap tidak satupun guru pengawas melihatnya, terutama Bu Cassa yang super galak.
"Duhh! Gak syantik seribu syantik lagi nih pagi-pagi. Mudah-mudahan kagak ketemu Devin lah," Sea menggerutu sambil terus melarikan kakinya, kepalanya menoleh kearah lapangan dimana sudah banyak siswa yang berbaris di barisan kelas mereka masing-masing.
"Mirip anak ayam euy."
Brukk!!
Dosa! Itulah akibatnya jika menghina pada sesama. Saking fokusnya Sea melihat kerumunan siswa di lapangan, ia jadi tidak melihat kearah depan. Alhasil ia menabrak sesuatu sampai tubuhnya terjatuh bersimbuh diatas lantai. Namun ternyata ia tidak sendiri, setumpukan buku-buku tebal yang kini berserakan dengan sukarela menemaninya, sepertinya milik orang yang baru saja ditabraknya.
Mampus! Gegara anak ayam nih! Sea membatin. Dengan cepat ia memungut buku-buku tersebut sambil masih terus bersimbuh di depan pemilik sepatu hitam-putih itu.
"Bantuin kek, kagak bisa jongkok ya? Emang lu orang barat?" Sea tanpa sadar menggumam kesal karena orang di depannya tidak juga ada siasat untuk membantunya memungut buku. "Jongos lah kau Se."
Setelah merapihkan semua buku, Sea dengan sedikit susah payah berusaha bangun. Bukannya lebay, tapi buku di tangannya begitu banyak dan berat.
"Woy! Gak ada niatan gitu lo bantuin apa—"
"Lari weh lari!!"
Orang itu dengan tiba-tiba menarik salah satu tangan Sea, membuat buku-buku yang sudah susah payah dipungutnya tadi kembali berjatuhan diatas lantai dengan tragisnya.
"Ooohhhh.... Tiiiidaakkkk! Buuukuuuu!!!"
Bak adegan orang jatuh di film India yang ambigu, Sea yang terkejut menoleh kebelakang sambil satu tangannya terulur berusaha meraih pada buku-buku yang berjatuhan dengan penuh penghayatan.Kepalanya lalu menoleh kedepan secara dramatis pada orang yang saat ini sedang menariknya—yang ternyata seorang cowok—dan masih dengan gerakan lambat bak film-film action, ia bertanya, "Eeeluuuu siiaaaapaaaaa???"
"Larinya cepetan dikit woy! Ketahuan Bu Cassa mau lo?"
Bzzztttt!
Sea tersadar, adegan tadi bukan seperti dalam adegan film India kesukaannya. Ia kembali menoleh kebelakang, kali ini bukan pada buku malang yang sudah tergeletak tak berdaya bersama dinginnya lantai, melainkan dari arah belokan salah satu koridor yang terlihat Bu Cassandra sedang memegang sapu—yang sebentar lagi hanya akan tinggal kenangan—dengan ekspresi garang, memeriksa keadaan sekitar.
Seketika Sea panik, semua warga sekolah juga tahu kalau Bu Cassandra sudah berpatroli 'mengukur' sekolah, maka tidak boleh ada siapapun yang kedapatan masih berada di koridor maupun ruang kelas, apalagi kantin.
"Woy, lari woy!" Sea berteriak panik dan segera menggerakkan kakinya lebih cepat sampai ia bahkan mengalahkan kecepatan gerakan kaki cowok yang menariknya tadi. Kini posisi berbanding terbalik, Sea yang sekarang malah terlihat menarik tangan cowok yang entah siapa orangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted Boy [Komplet]
Novela JuvenilIni adalah kisah dari anggota paling ter- dari kelompok The Most di sekolah elit Skyle's School. Devin si Most Wanted Boy yang dinginnya mengalahkan mandi air dingin di pagi buta yang berhujan disatukan dengan Sea si pembuat heboh sekolah yang seper...