tiga puluh dua - terror

129K 7.9K 495
                                    

Author's POV

Hari ini Sea berangkat bersama Devin. Bisa bayangkan bagaimana bahagianya Sea?

“Vin, temenin ke loker ya? Mau simpen bajunya Shena.”

Devin mengangguk sekali tanda setuju membuat Sea makin dan semakin senang. Kini tatapan mata dengki dan iri kian hari kian berkurang, sepertinya mereka sudah sadar aapapun yang mereka pikirkan dan lakukan tidak akan ada untungnya bagi mereka.

Tapi tetap, masih ada beberapa—banyak bahkan—yang terus membicarakan soal kejadian beberapa waktu yang lalu saat Devin datang dengan gagahnya menyelamatkan Sea.

“Eh tapi lo liat loker Sea gak sih? Gila, pasti ini ulahnya Flara karna gak terima dihina gitu didepan umum.”

Samar, Devin mendengarnya. Ia berhenti tiba-tiba membuat Sea yang sedaritadi terus mengoceh tentang kucing yang biasa membuang kotoran di depan apartmennya kini sedang diare dan mencret menghentikan langkah serta ucapannya.

“Kenapa, Vin? Jangan bilang itu kucing lo yang selama ini hilang?”

Devin menggeleng dan menatap Sea, “Lo duluan ke kelas aja. Gue lupa dipanggil Pak Sam keruangannya. Baju olahraga Shena biar gue simpen diloker gue aja.”

“Gue ikut aja ya?”

“Gak usah.” Tolak Devin, “Lo belum kerjain pr kan? Mending lo kerja sekarang.”

Sea mencemberutkan bibirnya, tapi benar sih apa kata Devin, ia memutuskan memberikan baju Shena, “Lo gak mau anterin gue ke kelas dulu gitu?”

"Ayo."

Sea memekik kegirangan, "lo romantis gini belajar dari Asher kan, Vin?"

Devin tidak membalas, membiarkan Sea kembali melanjutkan kisah diare kucing kenalannya.

"Terus sama Pak Dadang dibeliin diapet Vin, ehh malah makin gencar mencretnya. Kasian, kucingnya sampe gak bisa meong lagi."

"Masuk gih, langsung mencret—maksudnya kerjain pr." Kata Devin yang tidak fokus ketika mereka sampai didepan pintu kelas.

"Emm, contohnya mana, Vin? Hehe."

"Contoh apaan?"

"Yaa contoh pr-nya lah. Gue tuh susah kalo gak ada contoh soalnya, mikirnya lama, ehe."

"Mending lama daripada nyontek."

"Terus salah juga, Vin."

"Bisa dibenerin nanti."

"Ya mending dibenerin dari awal, kan." Sea menatap Devin dengan wajah penuh harapnya.

"Gak usah pelototin mata, gak bakal ngaruh." Tukas Devin, "Masuk!"

Sea seketika cemberut, membalikkan badannya dengan lemah.

"Sea."

"Iyaa. Gue ngerjain sendiri!"

"Balik dulu." Perintah Devin yang membuat Sea membalikkan badannya walau enggan.

"Kalo lo selesaiin sendiri, gue beliin sesuatu yang lo mau dari kemaren." Kata Devin, "Aqua botol dingin, satu doang tapi.

Hehh?

"Gak usah makasih. Gue pergi dulu."

Devin berjalan menjauhi kelas. Langkahnya ia percepat saat melihat Sea sudah masuk kedalam kelas seperti perintahnya.

Dari kejauahan Devin sudah melihat beberapa siswa yang menatap dan menunjuk-nunjuk pada sebuah loker dengan tatapan ngeri. Kalau yang siswi tadi katakan benar, maka yang ditunjuk itu adalah loker Sea.

The Most Wanted Boy [Komplet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang