lima puluh - club malam

106K 6.4K 750
                                    

Brakkk.

Kai dan yang lainnya sontak diam dan mengalihkan pandangannya pada seseorang diujung yang baru saja meletakkan gelas diatas meja dengan keras.

"Lo kenapa Vin?"

Devin tidak menggubris. Dia mengambil botol minuman diatas meja lalu menuangkannya kedalam gelas didepannya. Semuanya diam dan heran apalagi saat Devin menandaskan air dalam gelasnya dengan cepat dan kembali mengisinya. Terus menerus sampai entah sudah gelas keberapa yang diminumnya.

Semuanya mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Devin akan minum dengan liar seperti itu. Diantara mereka semua Devin adalah yang paling tidak tahan minum, itulah kenapa setiap mereka kesana dia hanya akan memesan jus atau kalau tidak dia tetap minum alkohol tapi paling banyak hanya segelas selebihnya sangat jarang.

Kecuali kalau dia sedang dalam keadaan sangat stress.

"Vin, lo lagi ada masalah?"

Devin tetap tidak menggubris dan terus menuangkan minumannya kedalam gelas. Saat mereka bertanya-tanya itulah Asher terlihat masuk kedalam ruangan. Matanya langsung menyadari keadaan Devin yang kesadarannya hampir habis.

“Anjir! Tahan cepetan. Bisa gawat kalo Devin sampe mabok berat.” Seru Asher menyuruh teman-temannya disana untuk segera menjauhkan Devin dari minuman.

Mereka memandang Devin yang terus menerus menenggak air didalam gelas. Asher benar, Devin adalah orang yang sangat tidak tahan minum dan kalau ia sudah mabuk itu adalah sesuatu yang sangat gawat.

"Vin, kita—" Ucapan Kai terhenti begitu Devin yang sedaritadi tidak merespons dengan tiba-tiba berdiri dari duduknya dengan cepat.

Asher, Kai dan yang lainnya saling berpandangan dengan wajah shok. Oh tidak, mereka terlambat.

*

Sea dan Shena memasuki club malam itu dengan suatu tujuan. Setelah Ara meninggalkan apartmennya tadi, Sea tidak bisa berhenti memikirkan Devin yang sudah menghilang dua hari, tanpa kabar apapun. Disaat itulah ia teringat dengan cerita Danish selama ini padanya, kalau Devin suka pulang larut karena sering ke club.

“Shen, lo yakin kan ini tempat Devin biasanya dateng?” tanya Sea dengan kepala yang sedaritadi celingak-celinguk sana sini. “Kok gue gak ngerasain hawa keberadaan ayang gue itu ya?

“Lo pikir lo Roy Kiyoshi? Dan lo raguin kekuatan mencari informasi gue?”

“Tapi kok belum ada yang keliatan dari sini?”

Shena mendecak, “Sea pinter, ini tuh club malam bukan kuburan, banyak orang ya wajarlah lo belum liat satupun dari mereka kalo lo nyarinya cuma dari sini. Kita harus masuk kedalem lagi.”

Sea menoleh pada Shena dengan tatapan ragu, “Tapi entar kalo ada cowok godain, gue mau lagi.”

Shena kali ini mendesis, “Gue yakin mereka masih normal, tau yang waras mana yang enggak mana. Lagian, mana ada orang mau godain cewek yang pake sarung sholat ke club?” mata Shena sekali lagi melihat ke kaki Sea yang tertutup sarung sholat kotak-kotak, Wadimor.

Sea menyengir sambil memperbaiki gulungan sarung di pinggangnya, “Ini namanya tak-tik Shen. Lagian gue kurang waras apa sih dimata lo?” Cibir Sea.

The Most Wanted Boy [Komplet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang