empat puluh delapan - bukan sekadar ancaman

112K 6.5K 368
                                    

Sea semakin pasrah saat dirasanya tarikan dikepalanya disusul suara gunting yang mulai bekerja memotong helai demi helai rambutnya. Tidak ada yang membantunya, Flara benar. Sea sedaritadi terlalu bodoh dan naif karena sudah berpikir bantuan akan segera datang. Tanpa Sea sadari, selama ini ia selalu bergantung pada orang untuk melindunginya.

Tres… tress…

Helai demi helai rambut Sea terus terjatuh keatas lantai toilet yang basah, Flara benar-benar menggunting rambutnya tenpa belas kasihan. Disertai tawa Flara yang terdengar puas dan teman-temannya yang merasa terhibur dengan itu semua, Sea semakin mengeratkan pejaman matanya, menggigiti bibir bawahnya dengan keras, hampir sampai berdarah. Tapi sampai kapan ia harus seperti ini? Sampai kapan ia akan menunggu sebuah bala bantuan untuk datang padanya?

Disaat tidak ada orang lain yang menolongmu, kau harus bisa menolong dirimu sendiri.

“LEPASIN, ANJINGGG!!!” Sea memberontak dengan keras dan sekali sentakan yang membuat Flara dan teman-temannya terkejut. Guntingan Flara pada rambut Sea terlepas karena gunting itu terlempar saat Sea memberontak.

Sea menatap tajam dengan napas berat pada Flara didepannya yang sempat terkejut.

Tapi hanya itu, hanya itu yang bisa Sea lakukan. Ia masih belum bisa lepas sepenuhnya dari jeratan dua dayang Flara. Sesaat setelah terkejut, mereka dengan cepat kembali menahan tubuh gadis itu dengan kuat. Flara menatap Sea dengan geram, diambilnya dengan kasar gunting yang tergeletak tidak jauh dari kakinya dan menatap Sea penuh kebencian.

“Lo harusnya bersyukur gue gak keterlaluan sama lo tapi lo malah berontak? Berani lo, pelacur, hah?!!” Maki Flara dengan geram, gunting di tangannya ia kepalkan sedang tangan satunya mencengkram dagu Sea dengan tiba-tiba. “Liat gue anjing, liat gue!!!

“Lo harusnya tau diri. Gak cukup ngerebut Devin dari gue, ternyata selama ini lo cuma anak orang miskin yang sok belagu punya segalanya? HAHAHAHAHA BANGKE! Tunggu sampe gue bilang ini ke bokap gue dan lo bakal di d.o.!”

Sea yang sedikit meringis dengan cengkraman Flara di dagunya masih bisa memasang wajah penuh beraninya, ia mendecak dengan emosi memuncak, “Kalo gue keluar dari sekolah, bokap lo keluar dari kerjaannya!” itu hanya sebuah ancaman yang refleks keluar dari mulut Sea. Ia bahkan tidak tahu apa ia bisa memecat seseorang. Tapi bukan itu yang terpenting sekarang kan?

Flara mendecih dengan tatapan tidak percaya, ia semakin emosi dibuatnya. Cengkramannya semakin erat. Matanya lalu turun melihat kearah baju Sea yang tadi rusak dan dicoba untuk Sea tutupi dengan tangannya. Senyum miring Flara semakin melebar, ia tahu pelajaran macam apa yang bisa ia berikan untuk Sea yang tidak tahu diri.

“Cil, Re, pegangin tangannya! Sobek segitu mah belum cocok buat cewek kayak dia!” Kata Flara penuh rencana yang seketika membuat Sea kembali terbelak. Flara akan menggunting habis bajunya!

Sea memberontak saat kedua tangannya ditarik untuk segera lepas dari cengkramannya pada bajunya sendiri. Dua dayang Flara berhasil, tangan Sea kini ditahan dikedua sisi tubuhnya membuat Flara semakin tersenyum lebar. Kain baju Sea sudah ia arahkan di mulut gunting, hanya dengan menyatukan dua ujung gunting itu dan baju Sea akan semakin sobek. Tapi sebelum itu, Flara kembali menatap penuh rendah pada Sea yang sudah terlihat kepanikan dimatanya.

“Lo ngancem bokap gue kan barusan?” Tanyanya dengan kejam. “Anak penjual sayur kayak lo emang bisa apa, HAHH? Bisanya ngancem DOANG!!”

BRAAAKKKK!!!

“Kyaaaa!! Fla, ada yang dateng!!”

Semua mata disana sontak berbalik kearah pintu yang baru saja didobrak dengan kasar menampilkan sesosok siswa jangkung yang wajahnya tidak ada kesan bersahabatnya sedikitpun. Mata cowok itu langsung mengarah pada Sea yang tersudutkan oleh Flara dan dua orang lainnya dalam keadaan yang memprihatinkan. Dan ini membuat emosinya semakin mendidih.

The Most Wanted Boy [Komplet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang