lima belas - ikut campur

174K 9.2K 215
                                    

Author's POV

“Kenapa perlu adanya kelas percobaan?” Seorang guru khusus yang sedang berdiri di depan kelas bertanya pada setiap siswa yang nampaknya tidak terlalu tertarik dengan pembahasan hari itu.

“Biar anak pinter makin pinter dan yang nakal makin nakal.”

“Biar anak pinter gak keganggu belajarnya, jadi yang kurang pinter dipindahin aja.”

“Biar guru makin makan gaji buta. Bukannya nuntun yang nakal malah dilempar jauh.”

Berbagai macam sahutan acuh tak acuh tersebut terdengar tanpa satupun uluran tangan yang teracung keatas.

“Heh, lo semua gak bersyukur apa? Seenggaknya di kelas ini kita semua terhindar dari siswa 'burank' dan penjilat guru. Gue mah seneng ada disini, bebas tidur, bebas ribut tanpa harus denger sstt sstt dari anak sok disiplin, ini mah kelas surga tau.” Seorang siswa menyahut dengan keras dari bangku deretan belakang.

“Lo bener sih Yang, tapi kayaknya bentar lagi bakal berubah deh, secara kan si siswa paling teladan udah ada disini. Duduknya aja udah paling depan, wuuhh.”

“Huuu.”

Siswa lain beramai-ramai ikut menyahut dengan satu titik target, yaitu pada Devin yang duduk di bangku deretan ujung depan.

Pak pak pak pak!

“Sudah sudah! Ibu menyuruh kalian menjawab bukannya mengundang provokasi.” Sang guru dengan tegas memberitahu, ia kemudian berdehem kecil.

"Kenapa kelas percobaan perlu diadakan?”

“Itu agar kalian bisa menyadari, kalau pendidikan bukan hanya tentang otak dan pelajaran. Kalian cerdas, kalian pintar tapi itu semua akan sia-sia saat kalian tidak punya yang namanya attitude! Kepribadian yang baik, memperlakukan orang lain dengan baik.

“Sekolah bukannya ingin ‘membuang’ kalian, justru sebaliknya sekolah ingin melihat kalian menjadi lebih baik lagi. Kalian dipisah kelaskan bukan agar kalian tidak mengganggu siswa-siswi lainnya, tapi supaya kalian bisa dibimbing lebih intensif, lebih dari yang lain utuk menjadikan kalian pribadi yang lebih baik. Paham?”

"Emang apa yang salah sama kepribadian kami? Apa karena kami gak suka ikut aturan lantas kami dianggap jelek?"

"Lah, bukannya lo emang jelek, No?"

"Hahaha!"

Guru tersebut tersenyum penuh perhatian, “Bukan—”

Ting Tong Ting Tong (ini bunyi bel pengumuman)

“Maaf untuk segenap guru dan siswa yang sedang melakukan pembelajaran, siswi atas nama Alesea Naya Colate dari kelas percobaan dimohon untuk segera menuju ruang BK, sekali lagi Alesea Naya Colate kelas percobaan untuk segera menuju ruang BK. Terima kasih.”

Sea dengan refleks menunjuk dirinya sendiri dengan tampang terkejut.

“Ya, Alesea, kamu boleh keluar sebentar.”

Sea dengan ragu-ragu bangkit dari tempat duduknya. Beberapa pasang mata yang memerhatikannya dengan intens membuatnya sedikit tidak nyaman.

Dan lagi, kenapa ia dipanggil ke ruang BK? Rasa-rasanya ia tidak melakukan kesalahan fatal beberapa hari belakangan, kalau tidak salah ingat.

“Saya juga izin, Bu.”

Suara dingin dari sampingnya membuat Sea berbalik dengan cepat hanya untuk menemukan Devin yang sudah bangkit dari bangkunya.

“Devian? Sependengaran Ibu yang dipanggil hanya Alesea, atau Ibu salah dengar?"

“Tidak salah, Bu.” Devin menjawab dengan datar, “Tapi Alesea masih tahap pemulihan, saya harus menjaganya.”

The Most Wanted Boy [Komplet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang