Author's POV
Sea tenggelam semakin kedalam. Usahanya untuk mencapai permukaan malah makin membuat tubuhnya semakin masuk menuju dasar. Matanya masih terbuka, ia masih bisa melihat air disekelilingnya dan atap gedung yang jauh diatas sana. Tapi ia tidak melihat satu orangpun diatas air. Tidak ada orang yang tadi mendorongnya, pun orang yang akan menyelamatkannya.
Ia akan mati mungkin.
Sea menghentikan perlawanannya pada air, membiarkan tubuhnya hanyut ditelan air sambil terus berusaha menahan napas.
“I hate you! I hate you! After all this time, this is what you did to me? You’re killing me!”
Kepalanya pusing secara tiba-tiba, pandangannya mengabur dan sebuah memori samar dimana dua orang di sebuah tempat—entah dimana—sedang bertengkar, sepertinya hebat. Satu orang itu terus berteriak pada yang satunya yang hanya diam tanpa membalas apapun. Memori yang entah milik siapa itu terputar samar diotaknya. Apa ini rasanya sekarat? Begini kah?
Kemudian memori itu beralih pada memori lain. Didalam penglihatannya itu ia melihat sebuah tangan yang bergerak panik didalam air, berusaha menggapai permukaan. Dalam penglihatannya ia juga sedang tenggelam. Sama seperti ia saat ini, sama-sama tenggelam, sama-sama berusaha meminta pertolongan lalu tidak lama sama-sama kehabisan napas. Bedanya didalam memori tersebut ia melihat seseorang berdiri ditepian kolam, memandang lurus kedalam air namun kemudian pergi begitu saja dengan acuh. Meninggalkannya dalam ketidakberdayaan.
Kemudian, sangat samar, terdengar sebuah teriakan. Sepertinya berasal dari permukaan, atau memorinya? Entahlah.
“Aleeenn!!!”
Sea tiba-tiba tercekat. Kehabisan napas sepenuhnya. Memori dikepalanya tadi menghilang ditelan kegelapan dan saat ia membuka mata, mulutnya ikut membuka membiarkan air disekitarnya terserap masuk kedalam. Ia pasrah.
“Seaaa!!!”
Byurrr…
Seseorang melompat dengan cepat menyusul Sea ke dalam air sebelum matanya tertutup. Dalam sisa kesadarannya, ia melihat sebuah tangan meraih tangannya—sesuatu yang tidak terjadi dalam memorinya—menariknya dan merengkuh tubuhnya hingga membawanya naik kepermukaan. Tapi ia belum sampai ke permukaan saat matanya mulai menutup, meninggalkan kesadarannya.
“Sea, do you hear me? Don’t die, don’t die! Sea!!”
*
Adriel, Devin, Asher, dan Shena saat ini sedang berada di UKS. Betapa terkejutnya mereka saat tiba-tiba mendengar kabar soal Sea yang tenggelam dan saat ini pingsan di UKS. Tangan Adriel mengepal dengan kuat di sisi ranjang yang ditempati Sea. Matanya menyiratkan emosi yang dalam melihatnya.
“Maaf pak, Anda yakin Sea gak perlu dibawa kerumah sakit?” Shena bertanya pada seorang dokter yang tadi memeriksa Sea.
Dokter tersebut mengangguk, “Semua air yang Nona Alesea telan sudah keluar, napasnya juga sudah mulai kembali normal. Kita hanya perlu menunggunya sadar, Anda tenang saja. Kalau begitu, saya permisi, saya harus berbicara dengan Pak Samuel.”
Shena mengangguk dengan sopan pada dokter yang kini berlalu. Matanya kemudian terarah pada Sea diatas ranjang kemudian ia menghela napas.
“Lo ada dimana waktu kejadian?” Suara dingin Adriel mengambang diruangan sepi itu. Baik Asher, Devin dan Shena mengangkat kepalanya, menatap bingung pada Adriel yang entah bertanya pada siapa.
“Gue nanya sama lo.” Adriel mengangkat kepalanya, menatap lurus pada Devin di sisi lain ranjang Sea, “Lo.ada.dimana.waktu.Sea.tenggelam?”
Devin membalas tatapan Adriel, “OSIS.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted Boy [Komplet]
أدب المراهقينIni adalah kisah dari anggota paling ter- dari kelompok The Most di sekolah elit Skyle's School. Devin si Most Wanted Boy yang dinginnya mengalahkan mandi air dingin di pagi buta yang berhujan disatukan dengan Sea si pembuat heboh sekolah yang seper...