Alesea's POV
“Silahkan masuk tuan putri,” Kai membukakan pintu samping kemudi yang langsung kunaiki tanpa mengatakan apa-apa. Duduk diam dan melipat kedua tanganku di depan dada. “Pasang seatbelt,” ujarnya begitu ia juga sudah masuk dan memasang seatbelt-nya sendiri.
Aku tetap tidak bergeming. Biar saja, ini adalah bentuk protes ku padanya karena sedaritadi belum memberitahu kemana kami berdua akan pergi. “Oh ngerti,” ujarnya mungkin setelah melihatku yang tidak mengikuti perkataannya. Tanpa kuduga dia memajukan badannya kearahku yang langsung kutahan dengan kepalan tangan tepat di depan wajahnya secara refleks.
“Ngapain lo?” tanyaku penuh antisipasi. “Hoh jangan bilang lo mau nyium gue kayak di tv-tv gitu?” jangan salahkan aku, salahkan otakku yang langsung memunculkan pikiran tercemar itu dan mulutku yang tidak dilengkapi aplikasi filter sehingga tidak pernah menyaring kata-kata yang keluar. “Gue bilangin Mang Dadang, mati lo,” itu adalah pertahanan terakhirku. Aku juga tidak habis pikir kenapa nama Mang Dadang yang langsung terlintas di pikiranku di saat-saat seperti ini.
Hoh, apakah ini yang dinamakan cinta? Oke, itu candaan.
Kai tertawa lalu dengan segera memundurkan kembali badannya. Wah, ancaman Mang Dadang bekerja! “Gak ah, gue lebih takut sama Devin ketimbang Mang Dadang, ya walaupun gue gak kenal dia siapa,” tawanya. “pasang seatbelt lo kalo gitu, atau kalo enggak gue gak bakal segan buat lakuin itu, urusan marahnya Devin mah belakangan yang pentingkan di nikmatin aja dulu.”
“Anj*ng lo,” aku dengan cepat memasang seatbelt-ku. Ah, bibir sexy-ku. Kulihat Kai tersenyum penuh kemenangan. “kita sebenernya mau kemana sih?”
“Pasar.”
“Oh kirain mau nyari penjual truk. Eh tunggu, apa? Pasar?”
“Iya pasar.”
“Pasar yang ada ikan bibir sexy, sayur, sama ayam jablay bokong nicky minaj itu? Atau pasar yang ada kuda poni terbang berputarnya?”
“Itu yang ada kuda poninya namanya pasar malam, Gis.”
“Iya itu maksud gue. Kita mau ke situ? Ngapain? Lo ngajakin gue nge-date di sana? Astaga, lo punya perasaan sama gue Kai?” oh tidak, jadi selama ini..
“Ampun, itu pertanyaan gak bisa lebih panjang lagi? Udah kayak komentator sepak bola lo bicara gak ada hentinya.”
“Jawab Kai, jawab! Jangan membuat diriku penasaran dengan menunggu jawaban dari dirimu.” Oke, gue alay dan gue sadar itu.
“Kita mau ke pasar yang ada ikan jablay dan ayam bibir sexy, puas lo?”
“Kebalik itu Kai. Tapi kok ngajakin gue?”
“Iya kebalik. Dan kak Juned bilang ajakin satu cewek biar ada yang nawar.”
“Lah gue gak bisa nawar.”
“Tapi kan lo cewek.”
“Ya tapikan tetep aja gue gak tau nawar,” nawar roti tawar di mas penjual roti keliling aja gak pernah berhasil.
“Lo cewek bukan sih?”
“Gak tau sih, gender gue di kartu keluarga garis miring.”
“Emang lo punya KK?”
“Ohiya lupa, gue anak buangan.”
“Sembarangan,” dia tertawa “eh tapi, sekarang gue mau nagih janji lo.”
Aku mengerutkan keningku. “janji apaan? Janji suci Raffi-Nagita?”
Dia menarik kupingku membuatku langsung menjerit dan menatapnya kesal. “Janji yang pas kita di bus tadi. Sekarang tinggal kita berdua, lo cerita semuanya sama gue, sedetail-detailnya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted Boy [Komplet]
Ficção AdolescenteIni adalah kisah dari anggota paling ter- dari kelompok The Most di sekolah elit Skyle's School. Devin si Most Wanted Boy yang dinginnya mengalahkan mandi air dingin di pagi buta yang berhujan disatukan dengan Sea si pembuat heboh sekolah yang seper...