3. berangkat bareng

5.3K 786 99
                                    

Hari senin

▪▪▪

"Nanti sava berangkat sama calum ya? Kan sekolahnya bareng." Kata om david hampir aja bikin gue menyemburkan nasi goreng yang ada di mulut gue. Untung bisa gue tahan dan gue telen dengan baik.

"Tapi om--"

"Iya pa siap." Kata calum tersenyum ke om david dan tante joy kemudian ke gue.

Siap siap ndasmu.

Gamau.
Didepan mereka aja lo sok baik. Padahal di belakang mah, kayak tai.

"Yuk sav berangkat sekarang. Nanti telat." Kata calum lalu salim ke om dan tante. Aelah apaansi, gue mau nolak tapi nggak enak. Akhirnya gue yang melakukan hal yang sama dengan calum.

"Berangkat ya om, tante."

"Iya sayang hati-hati ya." Kata tante joy dan om david tersenyum bikin gue mengangguk.

Ibu sama bapaknya baik gini kok anaknya bisa kayak calum ya? Ck dunia emang aneh.

"Ngelamun mulu. Mikirin gue ya?"

Gue langsung menoleh ke calum yang udah siap dengan motornya. Kan, pagi-pagi aja udah bikin naik darah.

"Diem lu tai." Kata gue.

Calum menggeleng-geleng. "Eh kamu ya ngomongnya kasar kayak gitu. Gaboleh tau." Kata dia sok imut.

ELAH KENAPA HIDUP GUE HARUS ADA DIA SIH?

"Ayo buruan naik. Siswa teladan kayak gue anti sama yang namanya telat." Kata calum, menghidupkan motornya.

Dih.

"Anti telat apaan. Lo pikir gue gatau kalo lo pernah dihukum lari keliling lapangan gara-gara telat?" Ucap gue.

Emang bener kemaren-kemaren gue tau kalo dia di hukum gara-gara telat. Gue tau dari temen sekelas gue yang dihukum bareng sama calum.

Calum malah tersenyum. "Ciee yang merhatiin gue. Lo itu salah satu fans gue disekolah kan?"

Astaga najisnya.

"Amit-amit."

"Ngaku aja kali."

Wah bener-bener minta di tampol ni.

"Ck udah ah ayo berangkat aja." Dengan kesal gue naik ke motornya calum.

Tapi udah hampir satu menit gue naik, dia belum menjalankan motornya. Maunya apasih ini kutil kodok?

"Jalan dong anjir." Omel gue sambil nabok pundaknya. Dan calum menoleh sambil senyum najis.

"Lo nggak mau selfie dulu buat dipamerin sama temen-temen lo?" Tanya dia dengan pedenya.

Hah?

"Apasih--"

"Siapa tau lo mau pamer kalo lo berangkat sama gue ke sekolah. Atau nggak lo bikin story gih di ig biar followers lo naik, secara gue kan--"

"Ck elah apaansih? Udah kek tinggal jalan aja ribet amat?!" Potong gue karena nggak tahan dengan ocehan nggak penting calum itu. Calum mengangkat bahunya.

"Okey. Mungkin lo belom siap ngepublish--"

"Jalan sekarang calum!"

Calum berdecak. "Iye ah. Galak amatsi."

Setelah itu motor calum bener-bener jalan. Dan ya, gue beneran berangkat bareng sama calum ke sekolah.

Yatuhan semoga nanti anak-anak nggak liat gue berangkat bareng upil anoa ini.

Di jalan, rasanya lama banget. Entah perasaan gue aja atau emang dia yang sengaja lambat ya?

"Bisa cepetan nggak? Udah siang nih woi." Ucap gue agak kenceng biar dia denger. Calum nggak jawab apa-apa.

Ck budek ya.

"Heh! Bisa cepet nggak?" Teriak gue. Sekalian noh gua teriak.

Dia agak menoleh, "Yakin mau cepet?"

"Ck iya buruan--WUAAANJIR CALUM!!"

Gue refleks melingkarkan tangan gue ke pinggangya. Sialan. Sok ftv banget lo tiba-tiba ngegas motor biar di peluk.

Calum ngakak, kemudian memelankan motornya.

"Bego lo ya?" Gue memukul pundaknya dengan kenceng. Tapi kayaknya nggak berasa buat badan kayak calum.

Yang ada dia malah ngakak lagi.

"Makanya jangan berani-berani sama gua." Kata dia songong.

Yaampun.
Salah apa ya gue bisa bareng sama orang kayak gini.

Ah.











•••

hae.

dititipin | calum ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang