Bagian 9

20.1K 674 0
                                    


Cheril pov

Aku menutup pintu kamarku dengan kuat. Rasanya aku begitu kesal dengan kejadian diparkiran tadi. Aku benar-benar kaget ketika david mengatakan kebakaran. Jantungku berdegup kencang dan aku sangat panik tapi tidak tau mau berbuat apa. Setelah aku melihat sekeliling tidak ada api dan orang-orang berlarian, aku baru sadar bahwa david berbohong padaku. Aku amat kesal ketika dia tersenyum kemenangan karena sukses buatku terkejut tingkat maksimal dan keluar tanpa meminta maaf.

Disinilah aku, kamar yang ditunjukkan david diapartemennya. Syukurlah kami tidak sekamar. Karena aku bisa mati berdiri jika sekamar dengannya. Aku melihat sekeliling kamar yang didominasi warna putih. Ah, kalau saja ada nuasa pink dan merahnya pasti sangat menyenangkan. Mungkin nanti aku bisa meminta ijin dari david untuk mendekor ulang kamar ini.

Aku mengambil tas yang ada dimeja riasku. Mengeluarkan ponselku yang sudah lowbath kemudian menchargernya. Aku membuka pintu kaca yang menghubungkan ruangan kamarku dengan balkon. Aku memandang keluar. Tampak pemandangan kota Jakarta yang hiruk pikuk. Bangunan yang menjulang tinggi dan lalu lalang kendaraan. Aku duduk dikursi menikmati pemandangan dari atas. Mungkin ini dapat membantu meredakan emosiku.

"Permisi nyonya...makan siang sudah siap." Sapa bibi mia sopan.

"Maaf nyonya, tadi saya sudah mengetuk pintu. Tapi tidak ada sahutan dari nyonya jadi saya masuk..." sambungnya lagi.

Aku tersenyum melihat bibi mia bicara santun dan menunduk.

"Bi...sini dulu deh.." kemudian aku mengintruksi bibi mia agar duduk disampingku. Kebetulan kursinya cukup panjang.

"Bi...panggil cheril saja ya, jangan nyonya. Kesannya terlalu gimana gitu..." pintaku ketika bibi mia sudah duduk disampingku.

"Kalau ada yang mau ditanya, tanya saja bi... jangan sungkan"
Sambungku karena aku dapat membaca wajah bibi mia yang bingung kenapa aku dikamar ini. Tapi mungkin bibi mia tidak berani menanyakannya. Akupun menghemuskan napas.

"Bi...cheril sama david menikah karena perjodohan bukan saling suka. Cheril tau david punya kekasih namanya aurel." Kemudian aku memandang bibi mia yang terkejut. "Bibi jangan bilang sama mama lucy ya? Mungkin ini kelihatan aneh atau apalah. Tapi cheril akan jalani ini mungkin untuk setahun ini."
Kulihat bibi mia terkejut, tapi aku senyum menanggapinya.

"Ya udah yuk bi, cheril uda lapar ni..." kataku kemudian mengajak bibi mia keluar. Bibi mia masih bingung dengan penjelasanku. Tapi aku tak berniat memberi tahu lebih detailnya. Karena bibi mia akan tahu juga nantinya.

Ketika sampai diruang makan. Aku melihat david sudah selesai dengan makan siangnya. Dia juga meninggalkan meja makan ketika aku sudah duduk.

"Dasar!!!!" Kataku pelan.

Kemudian aku mengajak bibi mia ikut makan bersamaku. Tapi bibi mia menolak ajakkanku dengan halus. Aku paham kenapa bibi mia menolakku.

Akupun mulai makan siangku sendiri. Menyedihkan bukan. Kulihat bibi mia membawa secangkir kopi di nampan.

"Itu kopi untuk siapa bi?" Tanyaku penasaran.

"Untuk Tuan David nyo-- eh maksud bibi non cheril..."

"Bi...cheril saja jangan ada embel-embel non.."

"Maaf sebelumnya non, saya sedikit tidak enak jika memanggil nama. Izinkan saya memakai non cheril saja?"

"Baiklah bi, mungkin itu tidak terlalu buruk. Oya bi, biar cheril saja yang ngantar kopinya?" Pintaku kemudian meminum air putih tanda aku sudah selesai makan siang.

Kuambil alih nampan ditangan bibi dan berjalan keluar dapur.

"Non, Tuan David ada diruangan kerjanya disebelah ruang keluarga" kata bi mia mengingatkan.

My Love Is You (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang