Bagian 18

19.6K 656 1
                                    


David piv

Aku merasa emosi hari ini. Bagaimana tidak. Aurel hari ini bertingkah sangat aneh. Ntah kenapa aku merasa dia sering bermanja tadi dan aku tak suka dengan perlakuannya. Sejak aku bersamanya dia tidak suka bermanja-manja ria denganku. Akhirnya Aku membawanya makan siang dicafe yang pengunjungnya lumayan rame siang itu. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan keramaian tapi agar dia tidak bermanja kepadaku. Cuma itu saja, tapi ternyata aku salah. Dia selalu menempel padaku. Menggandeng tanganku lalu kepalanya disandarkan kebahuku. Aku mencoba bersabar. Tapi kesabaranku mulai hilang ketika melihat cheril makan siang bersama sebuah keluarga dan disampingnya seorang pria. Mereka sangat akrab.

Aku yakin itu bukan keluarga cheril. Sebab waktu acara resepsi aku tidak ada melihat mereka. Aku memutuskan mengajak aurel pulang sebelum pesanan kami tiba. Aurel sempat marah-marah kepadaku. Aku tak memperdulikannya hingga dia sudah sampai aku antar keapartemennya.

Aku melajukan mobilku dengan cepat. Sesampai diapartemen aku menelpon cheril tapi ponselnya tidak aktif. Aku memutuskan menunggunya diloby apartemen. Lumayan lama juga aku menunggu cheril dan Akhirnya cheril tiba. Dia keluar dari mobil dan tak berapa lama pria tadi menghapirinya. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi amarahku sudah ingin meledak.

Aku mencoba tenang menjawab sapaan dari cheril. Dan emosi tak tertahankan ketika cheril berbohong kalau dia jalan sama temannya. Dan mengatakan kalau pria yang bernama sean tadi adalah temannya.

Tapi aku terdiam ketika cheril menangis dan mengatakan apa peduliku. Aku mematung mencerna setiap kata yang diucap cheril sebelum meninggalkanku.

Shittt.....shittt...bodohnya aku.

Aku mengejar cheril tapi dia sudah didalam kamar ketika aku sudah diapartemen. Aku mencoba memanggilnya berkali-kali tapi dia tetap diam tidak membuka pintu.

Aku masuk kedalam kamarku. Aku merasa bersalah pada cheril. Seharusnya aku tidak berhak membentaknya tadi. Tapi ntah kenapa, aku merasa tidak suka jika cheril dekat dengan pria manapun.

Apa aku cemburu? Tidak-tidak...
Mana mungkin aku cemburu padanya..
Aku punya aurel dan akan menikahinya. Aku tak bisa seperti ini.

Aaaaaarrrrgggggghhhh......

Teriakku frustasi. Aku menutup mata mencoba menetralkan moodku.

***

Aku meminum kopiku pelan, aku sengaja menunggu cheril untuk sarapan. Aku melirik arlojiku sudah pukul 08.00 pagi tapi cheril juga belum turun. Aku sudah terlambat untuk kekantor sekarang. Mungkin cheril masih marah padaku. Mungkin sebaiknya aku memberi waktu untuk cheril.

"Bi..saya berangkat dulu ya?" Ucapku pada bi mia.

Ketika aku ingin membuka pintu tiba-tiba seorang pria sudah berdiri didepan pintu hendak menekan bel.

Kalau tidak salah ini kan pria yang semalam sore mengantar cheril. Namanya sean. Dia membawa sebuket bunga mawar.

"Maaf anda siapa?" Tanyaku pura-pura. Sebenarnya aku sudah mengenalnya.

"Hai...perkenalkan saya sean."
Dia mengulurkan tangannya mengajakku berkenalan. Tapi aku tidak membalasnya.

"Anda sedang apa dan mencari siapa?" Tanyaku ketus.
Dia menarik lagi tangannya dan memasukkan kesaku celananya.

"Saya sedang mencari cheril. Saya ingin memberikannya ini?"
Ucap sean sambil menunjukkan bunga yang dibawanya.

"Cheril sedang tidak ada dirumah." Kataku bohong dengan nada ketus.

"Maaf anda siapa? Sebelum saya kemari saya menelpon cheril dan dia mengatakan ada dirumah."

"Saya suaminya cheril. Dan ...."
Kalimatku terpotong karena cheril tiba-tiba sudah menghampiri kami. Dia sudah berpakaian rapi sepertinya akan pergi keluar.

My Love Is You (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang