"Dav...apa kita bisa bicara sebentar?" Pintaku pada david. Dia menghentikan kegiatannya dan mengalihkan pandangannya kearahku."Bicara lah..." jawabnya dan dia melanjutkan kegiatannya dihadapan laptopnya.
Aku menghembuskan napas sebelum memulai bicara. Aku mendekati mejanya dan duduk menghadapnya.
"Bagaimana dengan semua ini? "
"Maksudnya?" Tanya balik david dengan raut wajah yang bingung.
"Ish...kau ini. Sekarang kita sudah menikah dan tinggal seatap. Aku tahu kita tidak saling suka. Terus aku harus bagaimana vid?"
David menghentikan kegiatannya dan menutup laptopnya. Kini dia menghadap kearahku dengan tatapan yang serius. Aku sempat bergidik ketika dia menatapku seperti ini. Tampan, tapi menyeramkan. Dia terus menatapku seolah-olah menuntutku bicara.
"Kau itu menyeramkan sekali vid.." ucapku agar david bisa mengubah cara pandangannya padaku. Lebih lembut atau sedikit bersahabat gitu tapi ternyata salah.
"Oke fine, jika kau tak ingin bicara juga biar aku yang bicara"
Sambungku yang mulai kesal kemudian menghirup napas sebentar dan menghembuskannya. Kurasa ini akan membantuku agar emosi mereda."Vid...aku bingung harus bagaimana sekarang. Tidak mungkin kan kau atau aku selalu emosi hanya gara-gara kita tidak saling suka terus tinggal bersama" jeda "memang sih ini semua hanya satu tahun tapi aku ga bisa jalani seperti ini. Aku ingin hidup normal....maksudku tidak ada saling benci".
David tidak memberikan respon apapun, hanya terus menatapku.
"Kalau kau tak keberatan, kita mungkin bisa bersahabat saja. Aku tak akan mengganggu hubunganmu dengan kekasihmu. Dan jika dihadapan papa, mama dan kedua kakakku kita bisa berpura-pura. Bagaimana?" Tanyaku dan david merubah raut wajahnya. Sepertinya sedang berpikir sebentar dan aku terkejut ketika dia tersenyum. Ha...senyum, ini pertama kalinya dia tersenyum padaku. Dan wajahnya sangat tampan. Apa!! Ya ampun cheril kau ini kenapa? Batinku.
"Aku rasa itu ide yang bagus. Baiklah kita berteman." Ucapnya kemudian mengangkat tangannya kearahku. Aku spontan menyambut tangannya. Maksudku kami bersalaman menyatakan setuju. Aku tersenyum ketika dia tersenyum juga padaku.
Aku merasa ada rasa berbeda ketika kami bersalaman. Aku sulit mengartikan rasa apa ini. Sudahlah....kurasa ini awal yang bagus untukku.
"Baiklah...aku akan kekamar.."
Ucapku pamit dan melepaskan tanganku. Tak lupa juga senyum padanya."Aku tak suka jika orang membawa buku keluar dari ruangan ini. Sebaiknya kau membaca disitu saja" kata david sambil menunjukkan sofa yang ada diruangan ini.
"Aku tak mau mengganggumu bekerja vid.."
"Kita memang sudah berteman, bukan bearti peraturan dirumah ini harus dilanggarkan?"
"Mmm....baiklah."
Percuma saja membantah, akhirnya aku mengikuti apa katanya. Disinilah aku duduk membaca novel. Aku menyandarkan badanku dipinggiran sofa yang sudah kualas bantal kemudian meluruskan kakiku disofa agar posisiku nyaman. Kurasa begini tak apa, dan aku mulai membuka pembatas novelku dan mulai membaca tanpa menghiraukan david yang ada diruangan ini.David pov
Aku melirik cheril yang sedang fokus membaca novelnya. Aku menggelengkan kepalaku melihat posisi dia membaca.
Mungkin ini lebih baik, karena tadi kami sepakat untuk berteman. Mungkin sedikit aneh juga dilihat. Tapi tak apalah....
Aku melanjutkan pekerjaanku. Tapi, ditengah kesibukan mengetik tiba-tiba cheril tertawa pelan. Aku meliriknya penasaran. Ternyata dia tertawa sambil membaca. Mungkin ceritanya lucu batinku. Kemudian melanjutkan mengetik. Tapi, tak berapa lama lagi, dia mengomel marah-marah. Aku meliriknya kembali dan menggelengkan kepalaku.
Aku melanjutkan kembali pekerjaanku yang sedikit lagi akan selesai. Tapi tak lama kemudian...aku mendengar cheril menangis dengan nada suara pelan tapi aku masih bisa mendengarnya. Hufffttt...apalagi ini, aku meliriknya. Benar saja dia menangis sambil membaca. Segitukah dia membaca, sangat menghayati setiap apa yang dibaca. Jujur, aku jadi tidak berkonsetrasi sekarang. Pantas saja dia tadi minta izin membaca dikamar. Ternyata akan seperti ini.
Drtt....drrrtttt....
Ponselku berbunyi. Setelah kulihat nama aurel yang muncul dilayar. Dengan cepat aku mengangkat telpon yang terletak disamping laptopku dan menggeser warna hijau.
"Hai aurel...." sapaku gembira.
"Hai juga sayang.."
"Kenapa ponselmu tidak aktif berapa hari ini rel?" Tanyaku lembut.
"Maaf, aku sangat subuk berapa hari ini sayang..."
"Baiklah, tak apa rel. Bagaimana keadaamu disana?"
"A....aku..aku baik-baik saja vid.."
"Kau yakin? Aku tak percaya rel?"
"Hikss....hikkss..."
"Kau kenapa sayang?" Tanyaku penasaran karena aurel tiba-tiba menangis.
"Aku sudah tidak bekerja lagi vid, aku dipecat berapa minggu yang lalu. Dan....dan...aku tidak diterima diperusahaan manapun sekarang."
"Aurel....sekarang kau tenang. Kumohon jangan menangis lagi." Pintaku memohon karena aku merasa sedih ketika aurel mengalami hal seperti ini. Aku yakin sekarang dia sangat sedih.
"Kau pulanglah ke Indonesia rel?"
"Tapi vid, kau kan tahu kalau aku..."
"Iya aku tahu rel. Dengar, kau bekerja saja dikantorku nanti. Dan aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu nanti" ucapku memotong pembicaraan aurel.
"Tapi vid, aku tak mau merepotkanmu?"
"Plisss rel. Jujur, sebenarnya aku ingin sekali didekatmu."
"Baiklah vid, nanti kukabari lagi dirimu."
"Baiklah. Kuharap secepatnya ya rel?"
Tut...tut....
Ah, kasian sekali aurel. Ternyata dia sedang kesulitan disana. Dan aku baru tahu sekarang. Ntah kenapa aku sangat merasa kasian padanya. Dia adalah sosok wanita yang tangguh. Dia sudah yatim piatu sejak kecil dan paman yang merawatnya dulu kini sudah tiada. Dia bekerja sambil sekolah dulu. Dapat dibayangkan kan bagaimana usaha dia sendiri dalam menjalani hidup hingga dia bisa bekerja di singapura.
Selain wanita yang tangguh, dia adalah wanita yang baik dan bersahabat kepada semuanya. Ntah kenapa sampai dia bisa dipecat dan tidak ada perusahaan yang menerimanya bekerja.
Aku melihat kearah cheril yang masih sibuk dengan novelnya. Kurasa dia juga tidak tau kalau tadi aku bicara dengan aurel. Dia benar-benar fokus. Aku menutup laptopku karena sekarang aku tidak bisa konsentrasi lagi.
Aku melihat jam ternyata sudah sore. Aku merapikan berkas-berkasku dan kulihat cheril menutup novelnya kemudian meletakkan novelnya dirak buku.
"Kau mau kemana?" Tanyaku ketika cheril mau melangkah keluar.
"Ini sudah sore vid, aku akan mandi dulu kemudian aku akan membantu bibi mia memasak makan malam. Ada apa?"
"Mmm...tidak apa. Kau bisa pergi."
"Kau ini aneh, sebaiknya kau juga menyudahi pekerjaanmu dan mandi. Jika makan malam sudah selasai aku akan memanggilmu."
Aku mengangguk setuju dengan usulan cheril. Kemudian dia keluar. Setelah merapikan pekerjaanku aku pun keluar dan menuju kamar. Aku melihat langit senja sudah menembus kaca kamarku. Aku berjalan kearah balkon untuk melihat suasana langit sore ini
Sungguh indah pemandangan langit saat ini.Aku teringat akan aurel. Apa dia harus tau dengan keadaan sekarang. Aku takut dia terguncang jika aku menceritakannya. Apalagi sekarang kondisinya mungkin lagi down. Sebaiknya nanti saja kuberi tahu jika dia sudah di jakarta. Toh, cheril pasti akan membantuku menjelaskannya nanti. Semoga semuanya baik-baik saja.
Aku pun berjalan masuk, menutup pintu yang membatasi balkon dan kamarku. Dan menutup gordenya. Karena cahaya matahari senja sudah mulai hilang dan akan berganti malam. Aku mengambil handuk dan mulai membersihkan diri dikamar mandi.
.
.
.
.
.
.Follow saya ya? Plisss 😊😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is You (Complite)
RomanceCheril hidup dan tinggal pada kedua kakak laki-lakinya sejak orangtua mereka meninggal karena kecelakaan. Hingga suatu saat dia kehidupannya penuh suka cita ketika dia dijodohkan pada anak teman almarhum mamanya. Dan itu salah satu pesan almarhum pa...