Hembusan napas menggelitik di tengkuk leherku, perlahan aku mencoba membuka mataku yang sepertinya lama tertutup. Pandangan yang pertama aku lihat adalah cat dinding berwarna biru muda dengan aroma baby, aku menggeliat perlahan mendapati Edward duduk di sebelahku sambil mewarnai buku gambarnya, aku tersenyum kecil kemudian mengelus rambut cokelatnya.
Birunya menoleh ke arahku kemudian ia menghambur memelukku, oh anak ini sangat manis. Aku mengelus rambutnya. "Aku dimana?"
"Di kamarku," Edward melepas pelukannya dan berjalan turun dari ranjang tidurnya, "aku a--"
"Blue kau sudah sadar?"
Aku menoleh melihat Angel berjalan mendekat ke arahku, kemudian cokelatnya menatapku kemudian memelukku. Apa lagi ini? "Hmm, a--aku baik-baik saja."
Angel melepas pelukannya dan menghela napas. "Ini pukul 9 pagi, kau pingsan dari pukul 8 malam."
Wait. What? Oh lemakku bisa besarang jika tidurku seperti ini.
"Aku haus."
Angel mengambil segelas air lalu memberikannya padaku. "Minum," Angel membalikan tubuhnya menatap Edward, "Ed, bisa kau panggil ayah?"
"Tidak!" seruku.
"Why?"
"Uh, hmm ak--aku tid...,"
Ucapanku berhenti saat Leo masuk ke dalam kamarku, tubuh dan wajahnya basah karna keringat. Leo meneguk botol air dingin membuatku bisa memperhatikan rahangnya yang indah. Hei, apa yang aku pikirkan?
"Ed, bisa keluar sebentar?" Leo berucap sambil mengelus rambut kecokelatan milik anaknya.
Edward mengangguk patuh kemudian meninggalkan kami bertiga di dalam ruangan bergambar spongebob dan tom and jerry.
"Tekananmu rendah, kau sedikit stress sehingga kau pingsan," Leo mulai percakapannya kemudian duduk di sofa, "masalah Lucas sudah ku urus dia sudah di balik jeruji besi."
"Terimakasih, aku merasa tidak enak," aku menghela napasku kemudian menatap Angel dan Leo bergantian, ku rasa ini waktunya, "aku minta maaf, karna kejadian kemarin aku terpaksa memeluk Leo. Aku tidak tahu bagaimana cara menghentikannya." Aku mengigit bibir bawahku berharap permintaan maafku diberi pengampunan, ponsel Leo berdering, tanpa pamit ia keluar dari kamar Edward.
"Angel, aku benar-benar tidak bermaksud membuat hubunganmu dengan Leo renggang."
Mata Angel menyipit membuat alis kirinya melengkung ke atas, kemudian ia tersenyum, tipis. "Sebelum aku memberitahumu ada hubungan apa aku dengan Leo, aku akan memberitahumu sesuatu."
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban ya, atas ucapannya. Angel duduk di hadapanku kemudian menghela napasnya. "Lionardo White Styles, pria terkaya nomor dua di kota Bradford banyak yang bilang hidupnya terbilang perfect dan ..., ah itu tidak penting. Baiklah, Leo bukan tipe pria yang akan diam saat melihat perempuan yang berhasil menarik perhatiannya disakiti," jeda sedikit Angel menggenggam kedua tanganku, "kau perempuan pertama yang pernah ia bawa kemari tanpa campur tangan siapapun."
Aku bingung mendengar penuturan Angel. "Maksudmu? Bisa kau jelaskan?"
"Sebelumnya Leo pernah membawa perempuan kemari tapi itu karna campur tangan orangtua tapi kau tanpa campur tangan apapun, Leo membawamu kemari karna ia khawatir."
"Tapi Leo pernah mengajakku kemari, saat Edward menghubunginya."
Angel tersenyum. "Kami saling mengenal dari kecil, seharusnya Leo menghubungi supirnya untuk mengantarmu, tapi ia malah mengajakmu ikut membeli makanan untuk Edward. Masalah pesta Payne, kenapa Leo memilih mengajakmu padahal aku ada di rumah?"