Leo menatap Blue penuh selidik lebih tepatnya penasaran apa yan membuat perempuan yang ia cintai seperti ini ... murung dan wajahnya kusam seperti tidak cuci muka selama dua hari. Anehnya lagi Blue bertingkah tidak seperti biasanya saat bersama Leo, seperti sekarang Leo memperhatikan Blue yang duduk di luar bersama Drean, mungkin mereka terlibat percakapan yang lucu karna Leo melihat Blue tertawa meski kecil.
Ada rasa panas dalam dirinya melihat Blue begitu dekat dengan Drean, Leo melempar remote tv ke lantai dengan keras membuat Blue menoleh ke arahnya, merasa ada yang aneh perempuan itu masuk ke dalam dan berdiri di dekat Leo.
"Ada apa?" tanya Blue.
Leo membuang muka malas menatap Blue, ia melipat wajahnya seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen kapas di carnival, Blue menatap Leo penuh tanya ia harus sabar menghadapi semua ini.
"Kau lapar?" tanya Blue.
"Tidak." Leo menjawab singkat kemudian ia meraih ponselnya dengan tangan kirinya.
"Baiklah, kalau begitu selamat beristirahat." Blue tersenyum tipis sambil mengusap perutnya.
Leo hanya diam saat melihat Blue keluar dari ruangannya, sementara Blue ia menahan sesak di dadanya saat melihat Leo seperti tadi. Berapa lama ia akan seperti ini? Apa sampai anaknya lahir dan besar nanti?
"Dia bertingkah seperti itu karena ingatannya. Harap maklum, Blue."
Drean mengelus pundak Blue dengan lembut membuat detak jantung Blue berdetak sedikit cepat.
"Kita harus bersabar menunggu," tambah Drean.
Blue lelah. Ia memeluk tubuh tegap Drean membiarkan airmatanya tumpah, tanpa ia pedulikan detak jantungnya sekarang berdetak cepat, dan tanpa mereka sadari Leo menatap mereka penuh amarah.
Hanya melihat Blue seperti ini hati Leo panas, rasanya ia ingin meninju wajah Drean sekarang juga namun ia urungkan niatnya mengingat kondisinya lemah seperti ini.
*
Leo menghirup aroma kopi yang ada di tangan kirinya, hijaunya terpejam menikmati sensasi dari kopi tersebut, kemudian bibirnya perlahan mendarat pada pinggiran cangkir tersebut ... surga, batinnya saat merasakan cairan hitam itu membasahi tenggorokannya.
Setelah desahan nikmat karena kopi yang keluar dari bibirnya, ia melanjutkan membaca koran yang ada di atas paha kanannya, ini hari kedua setelah ia siuman dan keadaannya sudah membaik hanya saja ia masih perlu beristirahat.
Pintu terbuka menampakkan perempuan berambut sebahu masuk ke dalam membawa beberapa kantung plastik yang berisi buah, ia menaruh plastik tersebut di atas meja kemudian mengambil apel merah dan memberikannya pada Leo.
Leo menerimanya tanpa ragu dan giginya mulai mengigit apel merah tersebut tanpa menoleh ke pemberinya.
"Kau baik?"
Leo diam selama beberapa detik kemudian mengangguk singkat, enggan menjawab ia membalikkan korannya seakan-akan koran yang ia baca lebih menarik dari pada perempuan yang berdiri di sebelahnya.
"Leo, aku ingin berbicara serius," perempuan itu mengambil paksa koran yang ada digenggaman Leo, pria itu menatap tajam pelaku tersebut, "aku lelah seperti ini," tambah perempuan itu lagi.
"Apa yang kau mau Sheila?"
Perempuan itu, Sheila, menggeleng. "Aku masih mencintaimu, a--"