Setelah insiden nyaris berciuman dengan Leo Styles, perasaanku benar-benar campur aduk, seperti nasi goreng yang dicampur dengan berbagai macam bumbu agar rasanya nikmat. Aku malu saat 4 sahabatnya memergoki kami yang hampir berciuman, aku menyesal kenapa aku diam saat wajah kami berdekatan, dan sisi lainku ingin merasakan bibir pinknya mendarat di bibirku. Damn.
Aku menggeleng menghilangkan pikiranku tentang kejadian tadi, ku amati suasana cafe yang ku singgahi jauh dari kata sepi, alunan musik tak bisa ku dengar jelas lantaran banyak pengunjung yang berbicara sedikit berteriak. Karna malas, aku mengambil earphone di dalam tasku, dan mencari lagu yang membuatku tenang.
Lantunan lagu Roses-Shawn Mendes mengiang di indera pendengarku, ku nikmati setiap lirik yang dinyanyikan laki-laki muda berdarah Canada, mataku menatap pemandangan di luar, angin kencang dan hujan deras mengguyur kota Bradford tanpa hentinya ditemani dengan kilatan sang petir.
Hujan. Angin.
Sebagian besar orang tak menyukainya karna hujan menghalangi semua kegiatan yang mereka jalani, banyak yang kesal karna perjalanan mereka terhambat karna hujan. Tapi tidak untukku, aku menikmati turunnya hujan dengan secangkir cokelat panas. Apa salahnya hujan? Ia hanya turun membasahi bumi dan akan pergi saat tugasnya selesai, dan akan memberikan jejak khas seperti pelangi dan aroma setelah hujan."Cokelat hangat dan dua lusin donat, nyonya."
Aku dapat mendengar suara pelayan karna volume earphoneku tidak begitu keras. Keningku mengkerut lantaran melihat 4 cangkir cokelat panas dan dua lusin donat. "Maaf, tapi aku tidak memesannya."
"Memang bukan anda, nyonya. Tapi pria itulah yang memesannya," jawabnya sambil menoleh ke arah kasir.
3 Laki-laki berdiri di kasir berhasil membuatku mengamati mereka satu persatu, dan salah satu dari mereka membalikan badan yang aku dapat lihat adalah Malik. Mampus.
Apa mereka datang kemari untuk mengejekku tentang hal yang tadi? Atau? Okay, nampaknya aku harus berpura-pura tuli, aku menoleh ke arah jendela dan menaikan volume earphoneku.
Merasa bagian kanan earphoneku terlepas aku terpaksa menoleh dengan berat hati. Laki-laki bermata cokelat dengan brewok yang tipis tersenyum ke arahku. Tanpa meminta ijin ia mendaratkan bokongnya tepat di sebelahku.
"Sendiri saja?" tanyanya.
"Seperti yang kau lihat," jawabku tersenyum sambil melepas earphone sebelah kiri.
"Sebenarnya aku tidak enak duduk di sini, karna kita belum terlalu mengenal satu sama lain. Tapi Malik dan Horan menyuruhku kemari."
Aku mengangguk. "Ah tentu tak apa, omong-omong kemana mereka?" tanyaku.
"Horan mengambil ponselnya yang tertinggal di mobil, sementara Malik membeli payung," jawabnya tersenyum ke arahku lalu menjulurkan tangan kanannya, "Payne. James Payne."
Aku menjabat tangannya. "Blue. Blue Rose Neeson. Aku ingat kita pernah berkenalan sebelumnya saat kau mengadakan pesta."
"Tepat sekali. Jadi apa yang membawamu kemari?" tanyanya.
"Well, menikmati secangkir cokelat hangat di saat hujan deras itu alasan yang membawaku kemari."
"Kau suka hujan," ucapnya sambil menyesap cokelat panas miliknya, "aku benar?"
Aku tertawa kecil. "Kau benar."
"Leo menyukai hujan. Leo selalu merasa tenang saat hujan membasahi dirinya."
Aku menoleh mendapati Payne yang memandangku penuh arti. Apa yang dipikirkannya sekarang? Mengapa membawa nama Leo? Apa karna kejadian yang tadi?
"Tenang. Tidak perlu menatapku seperti itu. Aku hanya memberitahumu informasi mengenai Leo," tambahnya membuatku benar-benar bingung, "jika seseorang menyukai lawan jenisnya, maka apapun akan dilakukannya untuk menjaga seseorang yang dia sukai."