Aku membuka mataku perlahan, mengamati kamar bernuansa biru dengan aroma vanilla, ini bukan kamar Mike, karna setahuku Mike suka dengan aroma strawberry bukan vanilla. Aku memaksa tubuhku agar dapat duduk, namun sial kepalaku benar-benar pusing. Oh apa aku sedang di culik sekarang? Berusaha sekuat tenaga aku berhasil menyenderkan tubuhku, saat aku hendak menurunkan kakiku pintu kamar terbuka. Laki-laki bermata cokelat menatap khawatir ke arahku, kemudian dengan cepat ia melangkah ke arahku, dan duduk di sebelahku.
"Kau sudah sadar?" tanyanya.
Belum, tentu saja sudah. "Hmmm," balasku sambil mengangguk kecil, "dimana aku?"
"Kau berada di kamar adikku," ucapnya memberikanku segelas air mineral, "minum dulu, aku akan memanggil dokter kemari."
Laki-laki yang tak ku ketahui namanya pun berdiri sambil merogoh saku celananya, belum sempat ia berjalan tangan kiriku menarik pergelangannya membuatnya menoleh bingung ke arahku.
"Bisa kau ceritakan terlebih dahulu kenapa aku bisa berada di sini?"
"Bisa kita berkenalan terlebih dahulu?" tanyanya balik.
Aku bertanya apa di jawab apa. "Namaku Blue. Jadi bisa kau ceritakan?"
"Kau tidak berniat bertanya namaku?"
OH ASTAGA KEPALAKU TAMBAH PUSING, YA TUHAN.
Aku menghela napas, pasrah. "Baiklah, jadi siapa namamu, Tuan?"
Ia menyodorkan tangannya, aku menyerit aneh melihat perlakuannya. Jujur saja aku sangat takut, mau tak mau aku mengulurkan tangan kananku menjabat tangan kanannya. "Andrew," ia tersenyum ke arahku, "kau pingsan, lalu aku bawa kau kemari karna aku tidak tahu dimana alamatmu."
"Lalu kau akan kemana sekarang?"
"Memangil dokter untuk me--"
"Antar aku pulang saja, aku baik-baik saja."
Andrew menatapku penuh tanya seperti tak yakin dengan apa yang aku ucapkan. Aku bangkit dari tempat tidur lalu mengambil tasku yang terletak di atas meja kecil. Andrew mencegat pergelangan tanganku tak yakin, aku tersenyum canggung ke arahnya dan berusaha meyakinkannya. "Aku baik-baik saja, mungkin ini efek kelelahan dan banyak pikiran saja."
*
"Jadi ini apartemenmu?" tanya Andrew ketika kami sudah sampai di pintu apartemenku.
Aku mengangguk seraya memberi jawaban ya atas pertanyaannya. Aku merogoh kunci apartemen di dalam tasku, kemudian pintu pun terbuka. "Silahkan masuk. Aku akan membuatkan minum untukmu."
Andrew menggeleng lalu tersenyum ke arahku. "Aku harus menjemput kekasihku. Lain kali aku akan mampir kemari jika aku kesepian berada di rumah. See ya."