Malam setelah aku menonton konser Brian dan teman-temannya aku pergi bersama ibu, Brian, dan Mike ke salah satu resturan, kemudian Brian mengatakan bahwa ia akan pulang besok, tentu aku kaget karna belum sempat menghabiskan waktu bersama, aku sedih tapi Brian berhasil meyakinkanku bahwa ia akan kembali ke Bradford setelah urusan kerjasamanya di Miami selesai.
Ponselku berdering tertera nama Leo, awalnya aku ingin menolak karna sedang berbincang dengan keluargaku, tapi entah kenapa sesuatu mendorongku mengangkat panggilan tersebut, dan bam Leo mengabariku berita yang benar-benar mendadak.
Saat kami akan pulang aku menolak ikut dengan mereka dan meminta Leo menjemputku di restauran tersebut dan aku ikut mengantar Leo ke bandara. Selang beberapa menit, X-trail putih berhenti dengan kaca mobil yang terbuka menampilkan wajah segar Leo, aku tersenyum dan masuk ke dalam mobilnya.
"Semuanya lancar?"
Aku mengangguk dan menyenderkan kepalaku di bahunya dan lengan kekarnya membungkus tubuhku dari samping. "Kenapa kau mendadak pergi ke Paris?" tanyaku.
Leo mengusap puncak kepalaku membuatku mengingsut ke samping Leo. "Maaf, aku sendiri tidak tahu jika aku sangat perlu hadir dalam rapat pembangunan tersebut," Leo mencium puncak kepalaku membuatku memejamkan mataku, "jangan manja seperti ini, kau membuatku susah untuk pergi jauh darimu."
Aku terkekeh kecil dan memeluk tubuhnya dari samping dengan erat, sengaja. "Aku tidak manja," elakku.
"Jesus," Leo terkekeh kemudian mengelus lenganku, "tidurlah, perjalanan kita lumayan jauh karna jalanan sedang padat."
Dua hari sudah berlalu, selama dua hari aku tidak melihat sosok Leo di kantor padahal ini belum lebih dari satu minggu, aku rasa aku sedikit berlebihan memikirkan Leo yang sedang sibuk mengurus beberapa bangunan di Paris. Aku menghela napas kemudian tanganku membuka beberapa file yang sudah aku tangani.
"Aku hanya pergi selama beberapa hari tidak lebih dari dua minggu, okay?"
Aku menghela napasku mencoba tersenyum meyakinkan Leo, aku berhambur ke dalam pelukannya sebelum ia masuk ke dalam gate. "Aku pasti akan merindukanmu."
Leo terkekeh kemudian melepas pelukannya dan mencium keningku. "Tentu aku juga merindukanmu, bekerja dengan semangat. Kau tidak mau kalau aku pecat, kan?"
"Benarkah kau ingin memecatku jika aku tid--"
"Bercanda, Sayang," Leo mencubit pipiku kemudian tersenyum, "mana mungkin aku memecatmu, yang ada perusahaanku akan hancur jik--"
"Stop." Aku menggeleng, menutup bibir Leo.
Leo menghela napasnya kemudian memelukku kembali. "Aku pergi, ya."
Tanganku melingkar sempurna di lehernya, meremas pelan bahu tegapnya. "Hubungi aku jika kau sudah sampai di Paris, okay?"
Leo mengangguk dengan posisi yang sama, dapat aku rasakan ia mencium puncak kepalaku berkali-kali dan aku masih menghirup wangi mint bercampur apel pada dirinya.
Suara informasi penerbangan menghentikan aktivitas kami, dengan berat hati aku melepas pelukan hangat yang diberikan Leo, mata kami saling beradu, hijaunya memabukkanku membuat aku tak ingin berhenti menatap hijaunya yang lekat menatapku.
Kenyal bibirnya menempel pada bibirku memberi sentuhan yang lembut dan membuatku terbuai karna bibirnya yang memabukkan tapi mengingat Leo harus pergi aku menyudahinya terlebih dahulu untuk menghindari sesuatu yang lebih dari ini.