Isakan.
Bibir pink itu mengeluarkan isakannya setelah melihat keadaannya yang sekarang, wajahnya penuh airmata, matanya bengkak terlalu banyak menangis. Berkali-kali ia merutuki dirinya atas apa yang terjadi saat dini hari. Tangannya menutup wajahnya tanpa mempedulikan pria yang tengah tengkurap menghadap ke arahnya.
Telinga pria itu menangkap suara isakan yang menenuhi indera pendengarnya dengan nyawa yang masih setengah berkeliaran ia membuka matanya.
Satu pemandangan yang membuatnya bangkit tanpa mempedulikan pening yang masih terasa karna efek akohol, Blue. Perempuan itu menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, dengan selimut putih yang melilit di tubuhnya.
Leo mengubah posisinya menjadi duduk, erangan keluar dari bibirnya lantaran pria itu masih dikuasai sedikit alkohol. Tangan Leo memegang pergelangan tangan Blue membuat perempuan itu menatap Leo. Tepisan yang didapatkan Leo, mata bengkak Blue menatap tajam Leo.
"Kenapa ...," lirih Blue.
Leo masih bergeming mengingat hal apa yang terjadi, jantungnya berdetak cepat saat ia melihat kemeja hitam dan jeans-nya berserakan di lantai, sumpah serapah ia umpatkan dalam hati.
Leo masih diam di tempatnya tidak tahu apa yang harus dilakukannya, ingin memeluk Blue pasti akan ditolak, namun hatinya sakit mendengar isakan Blue. Dengan keberanian yang tidak terlalu penuh Leo menarik Blue ke dalam dekapannya, isakan Blue terdengar lebih keras, kedua mata Leo terpejam mengerti bagaimana perasaan Blue.
"Kau ...," isak Blue memukul dada Leo, "kenapa kau tega, Leo?"
Leo menggeleng masih bungkam tak tahu harus membalas apa, pelukan Leo semakin erat memeluk tubuh Blue berkali-kali Leo mengecup puncak kepala Blue berusaha menenangkan perempuannya walau ia tidak yakin akan usahanya.
Blue mendorong tubuh Leo kakinya melangkah turun dari ranjang tersebut dengan selimut yang melilit di tubuhnya, dress yang berserakan ia pungut tanpa menoleh sedikit pun pada Leo.
Bantingan keras pintu kamar mandi membuat Leo sedikit terkejut, dengan cepat Leo menggunakan pakaiannya, matanya menatap cermin di hadapannya, pantulan wajahnya terlihat jelas di sana, matanya sedikit memerah, rambut urakan, tangannya mengepal menampakkan buku-buku jarinya yang putih.
Dalam dua detik cermin itu tidak berbentuk cermin melainkan cermin yang retak karna Leo memukul cermin tersebut, darah segar menetes dengan rasa ngilu yang menyerang tapi Leo tetap memandang cermin yang sudah retak.
Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Blue yang sudah lengkap dengan pakaiannya, matanya masih bengkak hanya saja lunturan makeup-nya sudah ia bersihkan. Biru itu menatap darah yang menetes, ia ingin mengobati, memarahi Leo tapi enggan rasanya dilakukan mengingat kejadian semalam.
Suara heels menuju pintu membuat Leo menarik pergelangan tangan Blue, tanpa sengaja darah itu mengenai tangan Blue. Blue menatap Leo penuh emosi dan kecewa, rasa sesak dan takut menjadi satu.
"Aku tahu luka ini tak seberapa sakitnya dibanding yang kau alami sekarang."
Blue masih diam.
"I lose control when i'm with you. Alkohol menguasai diriku semalam," sesal Leo.
"Aku sudah katakan agar tidak mabuk, but you did it."
Leo menatap mata Blue yang berkaca-kaca, ia menelan salivanya bibirnya kaku untuk berkata apapun, tangisan Blue kini pecah. "Kau jahat."
"Apa aku masih jahat jika aku akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan padamu?" tanya Leo dengan nada yang ia tahan agar tingga meninggi, ini bukan saat yang tepat untuk meledakkan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY || H.S✔
Fiksi PenggemarJust how fast the night changes? cover by; @loozeey