29

1.5K 188 57
                                    

Siang itu langit abu sedang menghiasi kota Value awan abu pekat menghalangi Sang Surya untuk menyinari cahayanya, ditambah hembusan angin yang sedikit kencang menusuk kulit pejalan kaki yang menggunakan pakaian tebal.

Di dalam ruangan yang luas dengan ranjang besar terlihat tubuh Leo yang sedang tengkurap dengan selimut biru tua menyelimuti tubuh atasnya yang telanjang. Perlahan ia mengubah posisi kepalanya ke sebelah kanan, wajahnya yang kelelahan terlihat jelas, meski sedang tidur kening Leo mengernyit seperti memikirkan sesuatu di alam mimpinya.

Erangan keluar dari mulutnya saat tetesan air membasahi wajahnya.

"Edward jangan mengganggu," ucap Leo masih memejamkan matanya.

"Shit," umpatnya lagi saat air yang membasahi wajahnya terasa sangat dingin.

Akhirnya Leo pasrah dengan emosi yang muncul ia membuka matanya, efek alkohol masih menguasai dirinya, rahangnya mengeras, tangannya mengusap wajahnya kasar.

Leo membalikan tubuhnya. "Edw-- eh ... kau?!"

Perempuan dengan tanktop hitam serta rok di atas lutut sekitar 3cm menatap Leo. "Kau terlalu mabuk. Tapi ku akui kau semalam hebat," kekeh perempuan tersebut.

Leo menggeleng kecil, tangannya bergerak menuju meja sebelah ranjangnya mencari segelas air atau cairan yang bisa membasahi tenggorokannya.

"Ini," ucap perempuan tersebut sambil memberi segelas air mineral serta satu pil penghilang pusing, "terimakasih untuk yang semalam."

Leo menaruh gelas yang sudah kosong pun menatap lawan bicaranya. "Tak masalah. Sudah 3 minggu aku di sini dan baru semalam aku melakukannya," Leo beranjak dari ranjangnya, "kau ada persediaan makanan? Ku yakin breakfast sudah tidak ada."

"Tentu. Kau bisa datang ke rumahku, Payne memintaku datang ke sini untuk membangunkanmu, hari ini adalah hari terakhirmu di Value."

Leo membuka pintu kamar mandinya kemudian menoleh. "Tigapuluh menit lagi aku tiba," ucap Leo membuat perempuan itu mengangguk meninggalkan kamar Leo.

Dua puluh menit berlalu Leo keluar dari kamar mandi dengan kaus hitam bertulis nike di bagian dada kirinya dan celana hitam selutut. Berkali-kali Leo melihat cermin dengan pakaian yang ia gunakan sekarang.

Aku merasa seperti anak muda, pikirnya sambil menggunakan jam tangannya.

Setelah selesai ia pergi meninggalkan kamarnya tanpa pria itu sadari benda pipih itu tertinggal di atas ranjang dengan airplane mode. Pria jangkung itu menghentikan langkahnya saat matanya menatap wanita paruh baya sedang berdiri di pintu lobby.

Merasa mengenali wanita tersebut Leo melangkah mendekat, tangan Leo menepuk pundak wanita tersebut membuat wanita itu membalikan badanya dengan refleks ia mundur 2 langkah.

"Leo?" tanyanya tersenyum.

Leo tersenyum kemudian mencium pundak tangan wanita tersebut. "Apa yang membuatmu kemari, Maura?"

"Aku ingin menjenguk anakku, aku tidak tahu bahwa kita menginap di hotel yang sama. Apa kau kemari untuk menjenguknya?"

Leo menggeleng. "Bahkan aku tidak tahu jika Hans memindahkan pengobatan Sheila kemari. Aku mengurus beberapa tugas."

"Oh," kekeh Maura kemudian mengelus wajah Leo, "kau tambah tampan, terakhir kita bertemu saat pernikahnmu dengan Sheila setelah itu aku bercerai dengan Hans."

STAY || H.S✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang