"Astaga pakaian apa yang harus ku gunakan, demi dewa aku bingung."
Aku menutup pintu lemari pakaianku sedikit kasar, jam dinding menunjukan pukul 10 pagi itu artinya 3 jam lagi Leo akan tiba di Bradford, ayolah kenapa aku berlebihan seperti ini.
Aku merebahkan diriku di atas kasur, menyetel lagu favorite-ku Thinking out loud - Ed Sheeran, liriknya selalu menyentuh hatiku, kenapa pria ini begitu pintar menyiptakan lagu dengan lirik yang begitu sederhana namun bisa membuat melayang.
Kemudian aku menyetel alarm yang cukup banyak karna pasti aku akan tidur sebentar sambil menunggu jam 12, pekerjaanku sudah selesai mulai dari membersihkan kamar, ruang tamu, menyuci sepatu, sandal, menaruh cucian di laundry. Jadi sekarang waktuku untuk tidur meski hanya sebentar harus ku gunakan sebaik mungkin.
Aku memejamkan mataku namun pikiranku masih melayang-layang seperti tidak mengijinkanku untuk tidur nyenyak. Mungkin aku terlalu memikirkan hal itu, hal yang ku pikirkan semalaman rasa penasaranku sangat tinggi untuk masalah ini, ini bukan tentang Angel dan Leo lagi, melainkan tentang masa lalu Leo.
Aku mungkin tidak tahu hubungan apa yang ku memiliki dengan Leo, tapi kami saling mencintai dan aku harus tahu sedikit tidaknya tentang dirinya di masalalu. Bukankah jika cinta harus ada rasa terbuka satu sama lain?
Aku mengatur napas berusaha menenangkan pikiranku, memeluk gulingku perlahan mataku tertutup dan aku bersiap berpetualang ke alam mimpi.
*
Aku mengerang kecil saat merasakan tubuhku sedikit gerah, perlahan aku membuka mataku dan menatap gambar spongebob, dua detik kemudian aku menghadapkan posisiku ke sebelah kanan, seketika mataku melebar bagaimana mungkin bayangan Leo ada di sini? Pria itu sedang tidur di sofa memeluk beruangku.
"Gila, efek merindukannya bayangannya yang sedang tidur pun ada di sini."
Aku berjalan ke arahnya, memperhatikan wajahnya, tangan kananku meraba pipi kirinya. Ini nyata! Sedetik kemudian, matanya terbuka aku mundur beberapa langkah sedikit bingung.
Leo merubah posisinya menjadi duduk kemudian tersenyum kepadaku. "Hei," sapanya dengan suara khas baru bangunnya.
"K--kenapa bisa di sini?"
Leo berjalan ke arahku, tangannya menyentuh kedua pipiku, bibirnya mendarat di pelipis kananku.
"Nyata," bisikku membuat Leo terkekeh, "kau pikir kau sedang berimajinasi?" tawanya terdengar meski kecil.
"Artinya aku terlambat menjemputmu?" tanyaku menatap matanya, "maaf, ini kebiasaanku jika aku sudah tidur s--"
"Sayang," Leo menyela ucapanku kemudian memelukku, "aku merindukanmu."