35

1.5K 186 22
                                    

Tubuhnya terlentang di atas brankar dengan alat bantu pernapasan di hidungnya, matanya terpejam sudah lebih dari tujuh puluh dua jam, keningnya dibaluti perban putih, untuk kedua kalinya kondisi Leo seperti ini, kritis, bedanya ini lebih mengerikan dari pada sebelumnya yang tertusuk pisau.

Kecelakaan pesawat membuat kondisi Leo seperti sekarang, entah ia akan sadar atau justru meninggalkan semesta karena kondisinya sudah terbilang kritis dan ia tak sadar selama tiga hari. Benturan dahsyat membuat bekas pada keningnya, tulang bahu kanannya retak sehingga membuat pergerakan tangan kanannya dibatasi, alat pendeteksi jantung pun ikut menemaninya, ah, keadaan Leo bahkan sangat memprihatikan.

Di balik pintu Blue menatap kosong pria-nya, matanya sudah bengkak lantaran menangis melihat kondisi Leo, jika ada kota menjual airmata maka Blue akan menjualnya ke kota tersebut.

Dokter belum mengijinkan siapapun menjenguk Leo meski sudah tiga hari ia terbaring lemah di sana, Blue sudah gatal ingin menumpahkan airmatanya jika ia memeluk Leo, ia tak peduli Leo mendengar atau tidak perempuan itu hanya ingin pria-nya tahu bahwa dirinya begitu sakit melihat kondisi Leo yang seperti sekarang.

"Jangan menangis lagi."

Blue menoleh melihat Drean yang berdiri di belakangnya dengan kedua tangan yang ia taruh di dalam saku jeans-nya, Drean yan memberitahu Blue keadaan Leo saat perempuan itu sampai di apartemen milik Drean.

Blue menangis membuat Drean menghela napasnya pelan, pria itu memeluk tubuh Blue mencoba menenangkannya meski yang terjadi Blue tak berhenti menangis.

Selang tiga menit posisi mereka seperti ini, Blue melangkah mundur menghapus airmatanya dan tersenyum kecil pada Drean, perhatian Blue tertarik saat mendengar lengkingan perempuan memanggil namanya.

"Blue! Shit, how are you?!"

Blue hanya diam mencoba tersenyum sebisa mungkin pada Angel yang kini di hadapannya, teman lamanya kini terlihat sedikit gemuk dari sebelumnya.

"Hei," bukannya menjawab Blue melontarkan kalimat yang lain.

Angel tersenyum kemudian memeluk Blue, ia tahu bagaimana keadaan Blue sekarang tangannya mengelus pundak Blue menenangkan temannya. "Everything will be fine."

Blue mengangguk kecil berharap semua akan baik-baik saja seperti kata Angel, meski ia takut hal itu berbanding terbalik dengan apa yang ia harapkan.

"Berapa bulan calon keponaanku?" tanya Angel melepas pelukan mereka.

"Empat bulan."

Angel tersenyum mengelus perut Blue yang buncit. "Boy or girl?"

"I don't know," jawab Blue sedikit tersenyum.

Angel terkekeh kemudian menoleh ke arah kanan ia sedikit canggung melihat Drean yang mengamati dirinya dan Blue, merasa ada yang aneh Blue berdeham kemudian melempar senyum kecil pada Drean.

"Kenalkan sepupu Leo," kemudian perempuan itu menoleh Angel, "kenalkan dia sahabatku."

Angel dan Drean berjabat tangan dan memperkenalkan diri mereka.

"Kalau begitu aku permisi dulu, aku harus ke kantor," ucap Drean sambil melihat arlojinya yang terlilit di pergelangan kirinya, "jangan lupa makan, jangan menangis lagi, dan jika terjadi sesuatu hubungi aku," senyum Drean terlihat lepas pada Blue.

Blue mengangguk. "Take care."

Drean pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pada Angel hanya tersenyum tipis. Angel yang tidak peduli pun tak ambil pusing dengan perlakuan Drean.

STAY || H.S✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang