Song: Fools Gold - 1D
*
Bumi terasa berhenti berputar, bara api semakin membara, detak jantungnya nyaris tidak berdetak, ketika laki-laki berwajah tampan, menatap tajam ke arah objek yang mengunci rapat mata hijaunya.
Pujaan hatinya tengah bergelayut manja dengan laki-laki lain yang ia sediri tidak tahu. Pancaran mata yang mengisyaratkan kesakitan, hanya bisa ia pendam, deruan napas yang sangat menggebu melihat pemandangan yang sangat menyiksa hatinya.
Pelan tapi pasti, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah perempuan yang ia cintai, berulang kali ia menghembuskan napasnya berusaha mengontrol emosinya.
"I'm the first to admit that I'm reckless, I get lost in your beauty and I can't see two feet in front of me. And I know in my heart, you're just a moving part."
Suara berat tersebut berhasil membuat perempuan yang tengah asik bercanda-gurau menolehkan wajahnya dan manik cokelatnya menatap ke arah wajah laki-laki yang sudah berdiri di dekatnya. Ekspresi wajah terkejutnya terlihat jelas. "Leo ... ka--kau?" tanyanya gelagapan.
"Harusnya dari awal aku menolak perjodohan sialan ini," ucapnya masih menatap wajah perempuan yang sudah tegang di hadapannya, "perjodohan ini hanya menguntungkan dua pihak, yaitu, perusahaan ayahmu dan aku. Aku yang over mencintaimu, itu menguntungkanku tidak untukmu, aku sadar akan hal itu. Dan kau tidak mendapatkan keuntungan dari perjodohan sialan ini, kau sama sekali tidak mencintaiku, pada akhirnya kau memilih bermain api di belakangku, demi mendapatkan yang ingin kau dapatkan."
Perempuan ini menggeleng. "Bu--bukan seperti itu," elaknya cepat.
"Sepandai-pandainya kau menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga, sayang," ucapnya tajam dan menusuk.
"Aku bisa menjelaskan ini, Leo!"
"Cukup, aku akan mengurus surat perceraian kita, dan hak asuh Edward akan jatuh ke tanganku. Tenang, aku akan memberikan 30% hartaku untukmu, 20% akan kusumbangkan, dan sisanya tentu untuk anakku."
"Leo!"
Leo--Laki-laki pemilik mata hijau-- pun hanya diam mengamati wajah cantik yang dimiliki perempuan yang ia cintai.
"Aku tidak ingin cerai."
Leo tersenyum sekilas. "Ini sudah ketiga kalinya aku melihatmu bersama laki-laki lain, Sheila." Leo mengalihkan pandangannya ke arah arloji yang melilit di tangan kirinya, "aku pulang, jangan buang waktumu untuk pulang ke apartemenku. Malam." Leo berbalik badan, batinnya puas setelah mengucapkan kalimat yang selama ini Leo pendam.
Sheila berdiri menahan lengan kiri Leo yang hendak berjalan. Leo menatapnya penuh tajam, sorot mata yang mengisyaratkan kesakitan karna ulah perempuan yang ia cintai. Leo mendekatkan bibir pink-nya ke arah telinga Sheila--berbisik--. "I hope you gettin' better sex, I hope he ain't fakin' it like I did." Leo menepis kasar tangan kanan Sheila yang berada di lengan kirinya.
Sheila berteriak memanggil nama Leo membuat perhatian pengunjung restaurant menatap heran ke arahnya.
Tepat saat Leo meninggalkan restaurant, hujan deras nan petir mengguyur kota Newyork, hembusan napas Leo terasa hangat tapi kasar berusaha menahan amarahnya yang sebenarnya sudah memuncak dan ingin ia lampiaskan.
Leo merangkak masuk ke dalam mobil BMW 116i sport merah, ia mencengkram setir mobilnya hingga memperlihatkan urat nadinya dan buku-buku jarinya yang memutih. Tangan kirinya merogoh sesuatu di saku jeans-nya, rokok dan pematiknya.
Setelah rokoknya menyala, ia perlahan menjalankan mobilnya, membuka kaca mobilnya membiarkan air hujan membasahi dirinya secara tidak langsung.
Suara klakson mobil terdengar jelas di telinga Leo bersamaan dengan teriakan perempuan yang ia cintai.
"LEO STYLES!"
Dengan cekatan Leo menginjak pedal remnya, ia merangkak keluar dari mobilnya, tatapannya tertuju pada satu objek yang membuat mata emerald hijaunya mengeluarkan cairan bening.
*
Dan....
Hai lagi! Ini story tentang Harbara, but di sini nama Harry ga Harry ya, tapi Leo, Lionardo Styles!
Hope u like gessssss💙
09-11-2016💙re-pub, 130719🧚♂️