"Sepertinya kau menikmati?"
Aku menoleh mendapati Leo yang berdiri tak jauh dari pintu ruangan kerjaku, kedua tangannya terlipat di depan dada seperti ibu-ibu yang kesal karna menunggu antrian atau semacamnya.
Aku menutup kotak makan yang ada di atas mejaku. "Kau tidak makan?"
"Kenapa kau makan di dalam ruangan?" tanyanya balik.
Aku menggeleng. "Sekalian mengerjakan laporan yang sempat tertunda, jadi aku lebih memilih makan siang di ruangan."
Leo mengangguk kecil sambil berjalan ke arah mejaku, pria bermata hijau duduk di hadapanku membuka kotak makan milikku. Belum sempat aku bertanya tangan kirinya mengambil beberapa potong kentang goreng tanpa ijin dariku.
"Aku yakin kentang itu tidak cukup untuk perutmu, Leo."
Leo menghentikan aktivitasnya kemudian tersenyum. "Maka dari itu, aku sengaja menghabiskan bekalmu agar aku bisa makan bersamamu."
Oh God, betapa manisnya ucapannya yang benar-benar membuatku tak bisa menyembunyikan senyumanku.
"Jadi apa kau akan tetap duduk disini tanpa memperdulikan aku yang masih kelaparan?"
"Tapi 10 menit lagi jam makan siang sudah habis," tolakku dengan halus.
"Jadi, jika jam makan siang masih lama kau mau? Haruskah aku akan meminta boss-mu untuk memberimu ijin makan siang lebih lama untuk hari ini?"
Tunggu, aku tidak mengerti maksudnya apa. "Bukankah kau sendiri pemilik perusahaan ini?" tanyaku sedikit bingung.
Leo terkekeh. "Kau sudah mendapat ijin."
Setelah ia berkata seperti itu, tangannya menarik pergelangan tanganku keluar dari ruangan kerjaku, sementara aku masih berkutik dengan maksud ucapannya yang tadi, namun sayang aku tidak bisa lama-lama memikirkan ucapannya, banyak mata yang menoleh ke arahku saat kami berdua di dalam lift, aku tidak tahu sorot mata mereka mengisyaratkan suka atau tidak.
Salah satu staff tersenyum ke arahku dan aku membalasnya sedikit canggung, diam-diam aku melirik Leo yang matanya ternyata fokus ke layar ponselnya. Meskipun ruangan ini hanya ada 5 orang tapi aku benar-benar merasa sedikit risih dengan tatapan mereka.
"Jangan terlalu dipikir, mereka hanya penasaran kenapa Leo bisa seperti ini."
Aku menoleh ternyata staff yang tersenyum padaku membisikan kalimat tersebut, aku tersenyum membalasnya dengan anggukan. "Jangan terlalu memandang atau memikirkan kami berlebihan," bisikku pada staff yang ber-nametag Lucky.
"Sebelum kau pernah ada 2 orang yang menjadi kepala accounting disini dan pernah ada staff perempuan yang lain, tapi Leo tidak pernah seperti ini menggenggam tangan seseorang meski sudah berada didalam lift kecuali Angel."
Mendengar jawaban tersebut aku diam memikirkan ucapan Lucky, kemarin Angel memberitahuku bahwa ia tidak ada hubungan apapun dengan Leo, tapi Angel perempuan itu pernah diperlakukan seperti ini dengan Leo. Apa perempuan itu mantan Leo yang masih berhubungan baik, atau Angel fwb Leo?
"Kau tahu ada hubungan apa Angel dan Leo?" tanyaku.
"Mereka i--see you, Blue."
Sial kenapa pintu lift terbuka disaat tidak tepat seperti ini, aku tersenyum kemudian melambaikan tangan pada Lucky, Leo pun berjalan keluar masih dengan posisi yang sama--tangannya berada di pergelangan tanganku--