"Tau ga, aku ci—"
"Vero! Vivi! Mami baru bikin pancake, sini makan!"
Vivi mendecak sebal setelah mendengar suara teriakan yang sangat dikenalnya. Gila, Vivi penasaran maksimal.
"Tuh, udah disuruh Mami makan. Yuk!" ajak Vero.
Vivi menggeleng. "Ntar dulu. Tadi kamu mau ngomong apa? Aku ci? Ci apaan?"
'Bego! Gue kok berharap dia bakal bilang "aku cinta kamu"?' batin Vivi.
"Udah ah, kita makan dulu."
"Gak mau. Kasi tau dulu. Kepo nih."
Vivi mendengus melihat Vero yang menarik tangannya untuk keluar kamar. Ia bisa mati penasaran jika Vero tidak mengatakan lanjutan dari perkataannya.
"Ayo, Dek. Kita makan dulu."
Vivi masih diam di tempat, menghiraukan Vero yang sedang menarik-narik tangannya.
"Ih ngambek. Nggak seru ah!" Vero mendorong pelan bahu Vivi.
"Makanya kasih tau dulu."
Vero memutar bola matanya malas, "Aku ci...um kamu kalo kamu buat aku khawatir lagi."
'Gue kok baper? Inget, Vi! Dia itu kakak lo.' batin Vivi.
"Udah ah, aku mau makan dulu."
Vivi cepat-cepat keluar dari kamarnya sebelum Vero melihat pipinya yang merah seperti kepiting rebus.
***
Vivi mengedarkan pandangannya di koridor sekolah. Ini adalah kesekian kalinya dia terlambat sampai ke sekolah. Untungnya, gerbang sekolah belum ditutup.
Peluangnya untuk cabut sangat besar. Ia pun berjalan santai di koridor.
"Akhirnya gue bisa menikmati indahnya hidup ini setelah sekian lama—"
"Kenapa kamu belum masuk ke kelas?"
Vivi sontak terkejut mendengar suara di belakangnya. 'Mampus gue!'
Ia berbalik dan melihat guru Matematikanya, Kevin, lalu ia tersenyum sok manis padanya.
"Eh, Pak Kevin. Pagi, Pak." sapanya ramah.
Kevin melihatnya dengan curiga. "Pagi. Kamu cabut?" Tuduhnya tanpa basa basi.
Vivi melototkan matanya. Menggeleng sambil mengusap-usap dadanya bak orang yang tersakiti. "Astaghfirullah, Pak. Gue ini udah tobat. Nggak mau bandel lagi."
"Anak bandel seperti kamu tobat? Kok saya kurang yakin ya?"
"Gue baik salah, gue bandel salah. Jadi gue harus gimana? Gue selalu salah di mata lo."
"Bukan gitu, justru saya seneng kamu udah nggak bandel lagi."
Vivi segera melarikan diri dari Kevin. "Nah, yaudah, gue mau ke kamar mandi dulu."
Tiba-tiba, Kevin menarik tas yang sedang dipakai Vivi. Otomatis, Vivi juga tertarik ke belakang. "Apa lagi, Pak?"
Kevin menatap Vivi tajam. Yang ditatap hanya mengindahkan matanya ke tempat lain. Vivi tidak berani membalas tatapan Kevin yang tajam seperti pisau.
"Saya curiga sama kamu."
"Curigaan mulu. Pantes jomblo." gumam Vivi.
"Apa kamu bilang?"
Vivi lari secepat kilat setelah mengetahui Kevin mendengar gumamannya. 'Tuh kuping tajem bener!'
Setelah menemukan tempat yang ia kira cocok untuk bersembunyi, Vivi pun berhenti berlari. Berjalan menuju pohon besar dekat taman sekolah. "Huh... Untung aja nggak ketauan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Teacher!
RomansaCerita klasik tentang 'bad girl' yang membenci 'handsome teacher' *** "Muka pas-pasan aja belagu. Sok pinter lagi. Dasar tua!" -Vivi "Dasar murid ga sopan. Ngomong sama guru kayak ngomong sama orang gila." -Kevin