34. Ryan dan Karina

213 15 0
                                    

Cerah sekali pagi ini, secerah hati Vivi yang sedang berbunga-bunga. Kejadian beberapa hari yang lalu tidak bisa membuatnya tidur tenang setiap malam. Bibir Kevin yang lembut... Argh! Vivi rasanya ingin mencium bibir Kevin lagi.

Masa bodoh jika Kevin berpikir kalau Vivi ini cewek mesum yang kecanduan bibir Kevin. Nyatanya memang iya. Tidak bisa Vivi pungkiri bahwa memagut bibir seorang pria rasanya semenyenangkan ini. Tahu begitu, sudah dari dulu Vivi mencium bibir Vero.

"Lah, kok kak Vero? Bisa digampar mah gue." Gumam Vivi tersadar.

Tak lama berkutat dengan batin sendiri, matanya menangkap sosok Kevin yang tengah berjalan sendirian menuju ruangannya.

Terkadang Vivi heran, mengapa Kevin yang notabene adalah guru biasa di sekolah ini, memiliki ruang sendiri? Apa Kevin menyogok ketua yayasan? Mungkin saja, kalau dipikir-pikir kan duit Kevin banyak. Membayar belanjaan Vivi yang berjuta-juta saja dia tidak keberatan.

Dasar holang kaya.

Kakinya akan melangkah menuju Kevin, tetapi berhenti ketika melihat Karina yang ikut masuk ke ruangan Kevin. Cih, wanita itu benar-benar pantang menyerah.

"Anjir lah, gue harus ngapain nih? Apa gue grebek langsung aja?" Tanyanya kesal. "Ish, tapi kalo ternyata mereka ngomongin hal penting gimana?"

"Tai. Serba salah gue."

"Raisa dong, serba salah."

Vivi melotot melihat seorang cowok yang tiba-tiba saja berdiri di sampingnya. "Ryan? Sejak kapan lo disini?"

Cowok jakung itu menggaruk kepalanya. "Sejak lo bilang mau grebek." Ringisnya. "Lo mau grebek siapa, sih? Kok serius banget gitu?"

Wah, keadaan ini bisa dimanfaatkan Vivi untuk memisahkan sang Mak Lampir dari Kevin. Hanya butuh sedikit bumbu kebohongan. Ya, saran dari Mr. Krab ada benarnya juga.

"Gue tadi lihat Bu Karina masuk ke ruangan Pak Kevin. Kali aja, kan, mereka ngapa-ngapain?" Pancing Vivi.

Ryan melihat ke ruangan Kevin yang tertutup itu lalu menatap Vivi lagi. "Masa sih? Paling cuma mau bahas urusan. Lo tau lah, Bu Karina sama Pak Kevin itu guru Matematika. Yang mau dibahas itu banyak."

"Mck, tapi nggak harus berdua, lah! Guru Matematika itu banyak disini. Kenapa diskusinya cuma berdua? Mikir, woi, mikir. Udah ah, mending sekarang kita grebek."

Ryan menggelengkan kepalanya, tidak setuju atas ajakan Vivi. Ajakan Vivi tidak masuk akal menurutnya. Kalau mereka memang mau berbuat hal tidak senonoh, untuk apa di sekolah? Mereka masih punya malu jika ketahuan oleh warga sekolah.

"Nggak mau, ah. Lagian itu urusan mereka, kok lo yang sewot sih?"

'KEVIN ITU PACAR GUE, BEGO!'

Vivi tersenyum masam. Ingin membogem Ryan, tapi kasihan nanti wajahnya rusak. Populasi cogan bakal berkurang. "Terserah, deh."

Tanpa pamit, Vivi berjalan mendahului Ryan menuju ruangan Kevin. Emosinya sudah membuncah sejak melihat wajah Karina. Moodbreaker Vivi; Karina.

"Vivi, sori-sori. Oke, gue ikut." Sahut Ryan sambil mengejar Vivi.

"Nah gitu dong daritadi. Lemes amat lo kayak ban kempes."

Tanpa menghiraukan ejekan Vivi, mereka berdua berjalan mendekati ruangan Kevin. Sebelum memasukinya, Ryan mengintip dari lubang kunci tapi hasilnya nihil. Sepertinya ada kunci yang bertengger di lubang itu.

"Langsung masuk aja nih?" Tanya Ryan yang diangguki oleh Vivi.

Vivi membuka pintu itu perlahan tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dirinya mendapati Karina yang tengah sibuk dengan laptop dan Kevin yang tengah memainkan ponselnya.

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang