26. Sayang

5.3K 230 25
                                    

VOMMENTS:)))

Aing lagi semangat apdet!1!1!1

***

Vivi menatap sinis laki-laki di hadapannya. Rasa malu, kesal, bercampur menjadi sebuah adonan di otaknya. Sepertinya Kevin senang sekali menjadikan Vivi bulan-bulanannya.

"Udah ngomongnya?" Ketus Vivi sedikit pelan.

Kevin menaikkan bahunya tanda tidak tahu, atau tidak peduli?

"Denger ya, kalo lo mau pacaran, yaudah pacaran aja sana. Tapi nggak sama gue. Sama siapa kek lo, Kirana kek, atau siapa gitu." Ketus Vivi.

"Karina." Ralat Kevin dengan sabar.

Vivi melipat kedua tangannya di depan dada. "Serah. Pokoknya gue nggak mau pacaran sama lo."

"Kamu nggak mau pacaran tapi kamu yang nganggap pacaran. Kenapa minta putus waktu itu?"

Vivi melirik kanan-kiri memikirkan jawaban yang sekiranya pas. "Eh... gue kan keceplosan."

"Jadi kamu nggak mau jadi pacar saya?" Tanya Kevin tenang.

"Kok lo jadi nembak sih?!"

Vivi menatap Kevin horror. Bisa-bisanya dia melontarkan kata-kata itu. Membuat perut Vivi serasa ingin keluar Naga.

Ralat, keluar kupu-kupu.

"Saya cuma nanya."

"Jadi maksud lo, kalo orang bilang lo mau nggak jadi pacar gue? itu nanya. Bukan nembak, gitu?"

Kevin mengangguk. Sungguh, Vivi tidak mengerti jalan pikiran guru tampan di hadapannya ini.

Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo, pacaran aja sama Karina, gue nggak peduli."

"Tapi, saya maunya kamu bukan Karina.

"Gimana jadinya? Gue nggak mau jadi pacar lo."

Vivi berusaha sekuat mati-matian untuk tidak berteriak sekarang. Cih, ingin sekali Vivi menampar dirinya yang munafik ini.

"Kamu nggak suka sama saya?" Kevin terdengar sedikit kecewa.

"Bukan, bukan gitu maksudnya." Jawab Vivi cepat.

"Jadi, kamu suka sama saya?"

Vivi memukul dada Kevin kesal. "Bisa nggak lo berhenti nanya?!"

"Nggak bisa. Saya mau memperjelas. Kita ini pacaran nggak sebenarnya?"

"Yailah, kita nggak pacaran. Gue nggak mau. Udah jelas?"

Kevin menggeleng, "Yakin kamu?"

"Gini, gini. Gue masih SMA. Nggak mau terlibat sama hubungan yang kayak gitu. Nah kalo lo emang mau pacaran, yaudah pacaran aja. Tapi nggak sama gue, oke?"

Vivi segera meninggalkan ruangan Kevin tanpa mendengar jawaban Kevin dahulu.

Di tempatnya, Kevin bingung dengan keadaannya yang serba salah. Dalam benaknya muncul tanda tanya besar, apakah Vivi rela jika dia berpacaran dengan cewek lain mengingat betapa cemburunya cewek itu ketika seorang kasir meminta nomor Kevin.

Vivi berjalan dengan gontai ke halte yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Sial, sial, sial. Dia merutuki dirinya yang terlalu gengsi dan mementingkan ego sendiri.

Dasar gue munafik, pikirnya.

"Aduh, kok nyesel gini gue ya?"

Seketika dia sadar, bagaimana caranya dia pulang? Masa iya jalan kaki? Ingin menelpon Vero tetapi baru ingat bahwa Vero tadi pagi bilang kalau tidak bisa menjemput Vivi.

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang