Hari baru, menambah semangat Vivi untuk melanjutkan hidup. Saat ini Vivi sudah menyiapkan mental untuk menjadi cewek yang lebih baik di mata Kevin. Dia tidak mau apa yang terjadi pada Via, terjadi padanya. Vivi tidak bisa merasakan bagaimana ditinggal oleh orang ketika lagi sayang-sayangnya.
Maklum, Vivi belum pernah pacaran. Ini kali pertamanya dia merasakan suka dan cinta pada laki-laki. Apalagi laki-lakinya seganteng Kevin ini. Jika Kevin meninggalkannya, Vivi yakin tidak akan bisa move on.
Kecuali jika wajah Kevin sebelas duabelas dengan Udin, hah, pasti gampang sekali untuk melupakannya.
Bel istirahat sudah berkumandang di telinga para murid. Kali ini Vivi berjalan menuju kantin sendirian. Tidak ada Via yang biasa menemaninya karna cewek itu sedang sibuk bersama pacarnya sekarang.
Vivi tidak menyalahkan Via yang tidak menemaninya, bukan salah Via. Tapi salahnya karna jomblo.
Eh, tidak-tidak. Vivi kan tidak jomblo. Hanya saja dia tidak boleh mengumbar kemesraan dengan Kevin di neraka--ralat, sekolah ini. Bisa kena masalah jika itu dilakukannya.
"Tumben kantin nggak penuh." Gumamnya.
Lalu dia menepuk keningnya, tersadar kalau murid-murid lainnya sedang heboh membicarakan acara camping sekolah yang tidak menarik itu. Tentu saja kantin dilupakan.
Matanya menelisik mencari orang yang sukses membuat sarang rindu di hatinya. Ketemu! Orang itu sedang makan seorang diri, hanya ditemani oleh sepiring nasi goreng dan segelas es teh manis.
Tanpa pusing memikirkan dimana Karina yang biasanya mengganggu Kevin, Vivi melangkahkan kakinya menuju orang itu dan mendaratkan bokongnya di sebelah Kevin.
Kevin menoleh saat merasakan ada orang duduk di sampingnya. Matanya melotot seketika lalu menetralkan kembali ekspresinya. Tumben Vivi memunculkan diri di hadapannya, biasanya Kevin yang akan menghampiri cewek itu.
Dasar Vivi manja.
"Pagi, Kevin." Sapa cewek itu membuat Kevin mau-tak-mau membalas sapaan riang itu.
"Pagi juga, Vivi."
Vivi menopang kepalanya dengan tangan di atas meja, menonton Kevin yang sedang makan. Sudut bibir cewek itu menaik, seiring melihat wajah tampan Kevin di dekatnya. Rasanya dia mau memeluk pria tampan ini seharian penuh sangking rindunya.
"Ada apa?" Tanya Kevin, merasa aneh dengan gelagat anak muridnya.
Vivi menggeleng masih dengan senyum di wajahnya, "Kamu ganteng."
Seketika Kevin tersedak mendengar kata keramat itu. Kamu?
KAMU?
Sejak kapan Vivi mau menggunakan kata ganti itu?!
"Nih, minum." Vivi menyodorkan gelas es teh manis Kevin dan menepuk-nepuk punggung cowok itu.
"Pelan-pelan makannya." Gumam cewek itu masih menepuk-nepuk punggung Kevin.
Tak lama, Kevin berhenti dari batuknya dan menatap Vivi aneh. Pria itu menempelkan telapak tangannya di dahi Vivi. Tidak panas kok. Lalu kenapa tingkahnya seperti orang sakit begini?
Maksud Kevin, aneh saja jika Vivi bersikap manis padanya.
"Kenapa?" Tanya Vivi saat Kevin menatapnya intens.
"Harusnya saya yang tanya begitu. Kamu kenapa?"
"Aku nggak kenapa-napa kok. Emangnya ada yang salah ya?"
Kevin dibuat tercengang. Setelah tadi mengubah kata ganti andalannya lo menjadi kamu. Sekarang dia mengubah gue menjadi aku. Kevin semakin bingung melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Teacher!
RomantizmCerita klasik tentang 'bad girl' yang membenci 'handsome teacher' *** "Muka pas-pasan aja belagu. Sok pinter lagi. Dasar tua!" -Vivi "Dasar murid ga sopan. Ngomong sama guru kayak ngomong sama orang gila." -Kevin