32. Agresif

1.2K 57 5
                                    

Vivi mengedarkan pandangannya di rumah megah Kevin tapi yang ia cari tidak kelihatan juga. Gelagat Vivi membuat Kevin lagi-lagi bingung. Mau apa lagi bocah satu ini? Tidak cukup puaskah dia sudah diizinkan main ke rumah Kevin?

"Kenapa, Vi? Kamu cari sesuatu?"

Yang ditanyai mengangguk, lalu menoleh ke Kevin disampingnya. "Mama Kevin kemana?" tanya Vivi.

"Arisan." Sahut Kevin berjalan mendahului Vivi dan membanting tubuhnya di atas sofa empuk rumah itu. Vivi mengikuti duduk di samping Kevin.

"Kapan tante Nindra pulang?"

"Gak tau. Kalau cepet, sore sih. Tapi kalau pake acara ngobrol, bisa sampe malem."

Vivi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku kira tante Nindra di rumah."

"Kamu main kesini cuma buat ketemu Mama?" tanya Kevin sedikit terkejut yang dibalas anggukan oleh Vivi.

"Aku kangen. Aku juga pengen diajarin bikin kue sama tante Nindra." Katanya sedikit sendu. "Aku balik aja ya. Kamu enggak usah anter."

"Loh kok cepet banget?"

"Nanti aja deh kapan-kapan aku main lagi." Vivi berdiri dari duduknya.

"Yaudah aku anter."

Vivi menggeleng cepat, "Nggak usah, Kevin kan capek."

Cewek itu masih punya otak untuk tidak menyuruh Kevin mengantarnya pulang. Kevin pasti lelah apalagi wajahnya tampak lesu seperti belum makan 23 hari.

Vivi yakin, pasti Kevin begadang lagi untuk mengerjakan berkas-berkas papanya.

"Gak papa, aku anter." Kevin ikut berdiri lalu Vivi dengan paksa menekan bahu Kevin agar pria itu duduk kembali.

"Nggak usah anter aku. Kevin harus istirahat."

"Nggak, pokoknya kamu, aku yang anter."

"Aku nggak mau. Aku maunya Kevin istirahat di rumah."

Kevin sedikit kesal dengan perkataan Vivi, dia tidak bisa membiarkan cewek itu pulang sendiri. Bagaimana jika terjadi apa-apa?

"Aku yang anter atau enggak boleh pulang?"

Terdengar dengusan keras ulah Vivi. Cewek itu kesal. Dia tidak mau Kevin mengantarnya, Kevin butuh istirahat. Tapi... Vivi juga mau pulang. Yakali dia tinggal disini bersama Kevin.

"Kevin yang anter."

"Bagus."

"Tapi Kevin istirahat dulu ya."

Dahi pria itu mengerut, "Maksudnya gimana?"

"Kevin harus istirahat dulu sebelum nganter aku pulang."

"Jadi maksud kamu, aku tidur dulu, gitu?"

Vivi mengangguk dan tersenyum lalu menarik tangan Kevin untuk mengikutinya. Tanpa rasa dosa, Vivi memasuki kamar Kevin dan menutup pintunya.

Mau apa bocah ini? Kenapa menariknya ikut masuk ke kamar Kevin? Sungguh, Kevin tidak bisa berpikir jernih saat ini.

Gerumulan pikiran nakal menghampirinya. Tidak, dia tidak boleh melakukan hal itu sekarang. Vivi masih bocah di bawah umur. Sangat bejat jika Kevin dikuasai nafsu untuk memakan Vivi kali ini juga.

Cewek itu duduk di tepi ranjang, lalu menaikkan kedua kakinya juga. Dia mengubah posisinya menjadi berbaring di atas ranjang Kevin. Tanpa merasa bersalah, Vivi menepuk-nepuk bagian ranjang di sampingnya yang kosong.

"Kevin, sini tidur."

Kevin terbelalak. Vivi mengajaknya tidur? Apa-apaan ini?

"Kevin," panggil Vivi lagi.

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang