Vivi menatap Kevin dari kejauhan. Pria itu benar-benar membuat Vivi jatuh ke dalam jurang paling dalam di relung hatinya. Ah, melihat wajah tampan itu membuat mood Vivi kembali bahagia.
Lebih bahagianya lagi ketika pria itu tiba-tiba berjalan mendekati Vivi dengan ekspresi datar. Abaikan ekspresi datarnya, fokus pada wajah tampannya.
Vivi menetralkan ekspresinya. Tidak mau ketahuan senyum-senyum tidak jelas karena membayangkan wajah tampan Kevin.
"Kenapa tadi kamu cabut pelajaran saya?"
Sial. Sepertinya Kevin sedang marah pada Vivi. Apalagi mengingat dirinya yang sudah berkali-kali tidak mengangkat panggilan ataupun membalas pesan dari Kevin.
Itu karena Vivi kemarin sedang marah mendengar kabar Kevin merangkul Karina. Soal itu, Vivi belum memberitahu Kevin bahwa dia marah karena kedekatan pria itu dengan sang Mak Lampir.
"Maaf," cicit Vivi pelan. "Tadi gue dilabrak di deket gudang."
Gadis batin Vivi bersorak girang. Ini saatnya dia mengambil hati Kevin sebelum pria itu kepincut dengan Karina si licik titisan setan.
"Hah?" Wajah Kevin tampak terkejut sekaligus khawatir. "Siapa yang melabrak kamu?"
Vivi menggeleng pelan, lalu menundukkan kepalanya. Dia mengambil tangan Kevin dan menggenggamnya erat.
Bersikap manis adalah hal yang paling tidak bisa Vivi lakukan, tapi terpaksa dia lakukan demi calon suami tercinta.
Ashiq.
"Kevin, jangan pernah tinggalin gue ya. Janji?"
Pria itu mengangguk kaku. Menatap tangannya yang sedang digenggam Vivi. Senyumnya terukir di wajah tampannya. Muridnya, ah tidak, Vivi-nya sudah sedikit berubah.
"Jadi, kamu nggak mau bilang siapa yang melabrak kamu?"
"Gue nggak bisa bilang. Tapi yang pasti, lo kenal sama dia."
"Saya kenal? Memangnya dia bilang apa sama kamu?"
Vivi mengeratkan genggamannya, "dia nyuruh gue jauhin lo. Gue... gue nggak bisa. Gue udah terlanjur... sayang sama lo. Gue nggak bisa jauhin lo."
Cewek itu terkejut karena tiba-tiba Kevin melepas genggamannya dan membawa tubuh Vivi ke dalam dekapannya. Pipi Vivi menempel pada dada bidang Kevin, merasakan betapa cepat debaran jantung Kevin. Vivi merasakan hal yang sama.
"Pak, ini masih di sekolah."
Waktu pulang sudah berlalu 2 jam. Tapi tetap saja Vivi takut jika ada yang melihat acara mesra murid dan guru ini. Apalagi Kevin memiliki banyak fans yang alay. Vivi tidak bisa membayangkan jika fans alay bin anarkis Kevin menyerangnya.
Kevin semakin mengeratkan pelukannya tidak mempedulikan ucapan Vivi. Rasa bahagia menjalar di seluruh dendrit maupun akson syaraf tubuhnya.
"Saya juga sayang sama kamu," bisik Kevin.
Vivi tersenyum dalam dekapan hangat itu. "Maaf selama ini gue munafik. Nyatanya gue jatuh cinta sama lo."
Kevin menunduk, menatap kaget Vivi yang berada dalam pelukannya. Cewek itu mendongak dan tersenyum manis. Manis sekali.
"Kamu serius?"
Vivi mengangguk lalu membalas pelukan Kevin. Tingkah mereka seperti Anak Baru Gede yang baru menyadari bagaimana rasanya jatuh cinta itu.
"Saya juga jatuh cinta--lebih tepatnya, saya mencintai kamu."
***
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Kevin sambil tersenyum lebar menatap cewek di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Teacher!
RomanceCerita klasik tentang 'bad girl' yang membenci 'handsome teacher' *** "Muka pas-pasan aja belagu. Sok pinter lagi. Dasar tua!" -Vivi "Dasar murid ga sopan. Ngomong sama guru kayak ngomong sama orang gila." -Kevin