"Terlambat?" Ejek seseorang di hadapan Vivi dengan senyuman miring di bibirnya.
Vivi memutar bola matanya malas. Gara-gara Vero si tukang molor itu, Vivi jadi kena imbasnya. Alhasil, gerbang sekolah sudah ditutup saat Vivi sampai di neraka--sekolah ini.
Lagipula mengapa wanita ular ini sih yang menjaga piket? Bukannya dia harus mengajar murid-murid idiotnya di kelas? Mungkin saja, wanita ular ini sengaja bersedia mengganti guru piket dan berada disini untuk menghukum Vivi.
Ya, wanita ular itu adalah Karina. Musuh nomor satu Vivi Andira Putri, bucinnya Kevin Anggrawijaya.
"Taruh tas kamu di pinggir lapangan." Suruh Karina dengan angkuh.
Vivi terbelalak, seakan tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Itu benar-benar bukan hal yang bagus.
"Lari 10 putaran."
Fuck!
"Lah, terlambat gini mentok-mentok cuma kutip sampah."
Karina menggeleng, "Beda guru, beda hukuman."
"Nggak bisa gitu dong, Bu." Vivi tetap melawan dan mempertahankan haknya sebagai murid, walaupun terkadang dirinya melanggar peraturan sekolah.
"Cepat selesaikan hukuman kamu, lalu kamu boleh masuk ke dalam kelas."
'Sial, nggak ada back up nih. Mana cuma gue sendiri lagi yang terlambat. Emang anjing nih tante girang.' Rutuknya dalam hati sebelum menaruh tasnya di pinggir lapangan dan berlari dengan terpaksa.
Satu putaran.
Dua putaran.
Tiga putaran.
Vivi melihat sekitar dan menemukan Karina yang duduk sambil memperhatikannya di depan kelas. Di tangannya terdapat sebuah gelas plastik berisi es jeruk.
Sambil berlari, Vivi mengeluarkan umpatan-umpatan kekesalan diiringi kata-kata kasar yang jarang dia ucapkan akhir-akhir ini.
"Bangsat ah tante girang. Cari modar banget sama gue. Awas ya tuh setan. Gue bakal balas dendam."
Delapan putaran.
Sembilan putaran.
Sepuluh putaran.
Vivi terduduk di tanah lapangan setelah menyelesaikan hukuman sialan itu. Matanya menangkap Karina yang sudah tidak ada di tempatnya. Memang guru yang tidak bertanggung jawab.
Masih dalam posisi duduk di atas tanah, Vivi merasakan dingin di pipi kanannya. Dia mendongak dan melihat Ryan yang memegang sebuah botol air mineral dingin yang ditempelkan ke pipinya sambil tersenyum. "Hai?"
Tanpa babibu, Vivi menyambar botol itu dan meminumnya sampai habis. Setan dahaga di tenggorokannya dihempas oleh air dingin menyegarkan itu.
"Thanks, Yan. Kalo nggak ada lo, gue bisa mati dehidrasi." Vivi tersenyum lebar.
"Iye. Kasihan deh lo. Orang lain lagi belajar, lah lo lari-lari kayak orang gila dikejar Satpol PP gitu."
"Bu Karina emang dendam banget sama gue."
"Lah? Kenapa?"
Vivi mengibaskan rambutnya dengan sok anggun. "Biasa, orang jelek mah iri sama orang cantik kek gue. Makanya sengaja nyuruh gue lari-lari--"
"Kalian tidak masuk kelas?"
Suara bariton itu...
Vivi dengan posisinya yang tidak enak dipandang--duduk dengan kaki melebar--dan Ryan menoleh ke samping. Ada Kevin dengan wajah datar andalannya, menatap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Teacher!
RomanceCerita klasik tentang 'bad girl' yang membenci 'handsome teacher' *** "Muka pas-pasan aja belagu. Sok pinter lagi. Dasar tua!" -Vivi "Dasar murid ga sopan. Ngomong sama guru kayak ngomong sama orang gila." -Kevin