Vomments y awas ntar w private
****
"Menurut gue ya, kalo misalnya lo ditembak dia, lo terima aja."
Vivi memutar bola mata malas mendengar ucapan Via yang selalu ngawur tapi terkadang ada benarnya.
"Apa coba alasan lo kalo nolak Pak Kevin? Dia kurang apa? Ganteng? Pinter? Tajir? Semua njing, dia punya semua." Ucap Via ekspresif menggebu-gebu.
Vivi terlihat berpikir lalu menggeleng, "Eits, no no no. Dia nggak punya satu."
"Emang apaan?" Tanya Via bingung. Di matanya, Kevin adalah guru tersempurna.
"PACAR! HAHAHA..." Vivi tertawa terbahak-bahak mengabaikan Via yang menatapnya sinis.
Giliran Via yang memutar bola mata. "Terus aja lo ketawa. Kalo Pak Kevin dapet cewek seksi di Kanada, gue bakal ketawa ngakak sambil salto di depan lo."
"Nggaklah. Gue nggak bakal sedih juga." Ucap Vivi menggedikan bahunya acuh.
"Awas lo ya." Ancam Via kesal. Tentu dia kesal melihat tingkah teman sebangkunya ini.
Terkadang Vivi selalu mengeluh atas kejombloan haqiqi dirinya pada Via. Tetapi sekarang, sudah ada Kevin yang sempurna malah disia-siakannya.
Jadi Vivi maunya apa?
"Cih. Eh btw, kata si Kevin, bakal ada guru pengganti." Ujar Vivi datar.
"Seriusan? Demi apa? Gue nangis nih."
***
Vivi menatap ponsel di genggamannya sambil bersandar di kepala kasur. Cewek itu rela menunggu sampai tengah malam karena Kevin telah berjanji akan menelponnya.
"Bodo ah. Ngapain juga gue nungguin dia? Toh dia lupa sama gue."
Baru saja Vivi menidurkan kepalanya di bantal, ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk.
Incoming call
orang gilaVivi terlonjak, lalu dia berusaha menetralkan suaranya setelah mengangkat panggilan itu. "Halo."
"Halo? Kok belum tidur? Kamu nunggu saya nelpon ya?"
"Hm."
"You're the best, Vi"
Vivi tersenyum kecil. "Lo lagi ngapain disana?"
"Makan siang." Jawab Kevin.
"Emangnya beda berapa jam? 12?" Tanya Vivi bingung.
"13."
"Kenapa nggak jam 8 atau 9 aja nelponnya? Kenapa harus tengah malem gini? Gue ngantuk." Sungut cewek itu kesal.
"Maaf, sayang."
Vivi tidak terlalu mendengar kata terakhir yang diucapkan Kevin, dengan pelan, membuatnya bingung. "Hah?"
"Eh Vivi maksudnya. Tadi saya banyak urusan banget, jadi baru bisa hubungi kamu sekarang."
"Oh gitu. Yaudah gak papa."
"Kamu gimana?"
"Apanya?"
"Lagi ngapain?"
"Ini lah, mau tidur. Tapi lo nelpon." Vivi mengubah posisinya menjadi berbaring ke samping.
"Gimana tadi pengganti saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Teacher!
RomanceCerita klasik tentang 'bad girl' yang membenci 'handsome teacher' *** "Muka pas-pasan aja belagu. Sok pinter lagi. Dasar tua!" -Vivi "Dasar murid ga sopan. Ngomong sama guru kayak ngomong sama orang gila." -Kevin