vommentsnyaaa?
***
"Hai, Vivi."
Sebuah suara mengejutkan Vivi di pagi hari. Cewek itu melihat sudah ada cowok berkulit agak gelap yang belum genap seminggu dikenalnya, berjalan di samping Vivi.
"Ngapain lo?" Tanya Vivi acuh. Sebenarnya dia tahu bahwa Dimas mau menemui Via. Tapi, basa basilah. Vivi kan gitu orangnya, ck.
"Mau ke kelas."
"Kelas gue?"
Dimas mengangguk sambil tersenyum.
Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Masih pagi, mending lo pergi daripada Via naik darah terus ngeliat lo."
"Gak papa deh. Aku pantang menyerah. Liat nih, aku bawa coklat untuk Via."
Vivi melihat coklat yang diikat dengan pita di tangan Dimas, lalu sedikit terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Cowok ini memang pantang menyerah.
"Awas kalo lo buat keributan, langsung gue tendang lo." Ancam Vivi.
Tak lama, dua manusia itu sampai di kelas dan merasa aneh. Via tidak ada di tempatnya melainkan diganti oleh sebuah tas bermotif bunga yang sedang tergeletak manis di atas meja.
"Yah, Via kemana?" Desah Dimas kecewa. Tujuan utamanya untuk menemui tuan putrinya, tetapi malah tidak ada.
"Mana gue tau. Gue kan baru dateng." ujar Vivi sedikit kesal.
"Yaudah, aku cari Via dulu."
Vivi langsung mencegat Dimas yang mau beranjak pergi. Ia menggelengkan kepalanya. "Jangan jangan. Hari ini lo nggak usah jumpain Via dulu ya. Biar dia nggak muak ngeliat muka lo."
Dimas menunjukkan benda yang dia pegang, "Tapi aku mau ngasih coklat."
"Coklatnya nanti biar gue yang kasih ke dia. Aman." Vivi merampas coklat berpita itu dari tangan Dimas dengan cepat.
"Awas ya kalo kamu makan coklatnya. Aku gigit nanti kamu."
****
Bel istirahat berkumandang bagaikan melodi indah. Via meregangkan badannya dengan semangat. "Akhirnya gue bisa tenang."
"Lah, ngapa?" Tanya Vivi, merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas meja, lalu meletakkannya di laci meja.
"Itu si Dimas. Hari ini nggak gangguin gue."
"Eh, gue lupa!" Vivi mengeluarkan coklat berpita dari lacinya dan memberikannya pada Via.
"Apaan? Lo mau ngasih coklat buat Pak Kevin? Dih, alay banget lo. Eh tapi gak papa, bagus kalo lo jadi romantis. Biar Pak Kevin gak berpaling ke Bu Karina." ucap Via dengan berbisik pada kalimat terakhirnya.
Vivi mendengus kesal. "Nggak bego. Itu dari Dimas. Tadi pagi dia di kelas tapi lo nggak ada."
"Iya, gue kabur biar nggak ketemu dia."
Pantas saja, Via jarang keluar kelas saat sudah tiba di sekolah pagi hari. Tiba-tiba saja dia menghilang, kan aneh begitu. Pasti mau menghindari Dimas.
"Nih," Vivi meletakkan coklat itu di tangan Via. "Makan, biar si Dimas seneng."
"Ogah."
"Jahat lu ih."
"Siapa tau dia ngasih racun di coklat ini? Atau pelet?"
Vivi menjitak kepala Via dengan kesal. "Parah amat lo."
"Harus waspada, Vi."
Via menyisir rambutnya yang berantakan dengan jari-jarinya. "Btw, kemarin abis lo bilang gitu, gimana jadinya? Lo cerita setengah-setengah sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Teacher!
RomanceCerita klasik tentang 'bad girl' yang membenci 'handsome teacher' *** "Muka pas-pasan aja belagu. Sok pinter lagi. Dasar tua!" -Vivi "Dasar murid ga sopan. Ngomong sama guru kayak ngomong sama orang gila." -Kevin