Chapter 3

663 65 32
                                    

          Sheryl mati-matian berusaha untuk memfokuskan perhatiannya pada Mr. Brown. Tapi entahlah, semuanya terasa sia-sia. Pikirannya kembali ke kejadian tadi pagi, tepat di lorong belakang sekolah. Pembicaraannya dengan Thomas terus terngiang-ngiang di otaknya. Karena kau memiliki keistimewaan didalam dirimu, Sheryl. Dan aku menyukai keistimewaan itu.

         Apa maksud laki-laki itu? Kenapa dia mengatakan itu padanya? Ah, sial. Mengapa seorang Thomas Sangster mampu membuatnya seperti ini? Membuatnya seakan-akan dia memang mempunya keistimewaan. Seperti perkataan laki-laki itu.

          "Nona Bradson, bisa kau memberitahu kami apa yang sedang kau pikirkan sekarang? Kau terlihat begitu asik melamun sepertinya," sahuatan Mr. Brown bagai sambaran petir bagi Sheryl. Terkutuklah dirinya.

          Sheryl menelah ludahnya, kemudian menggaruk tekuknya yang tidak gatal. "Tidak ada, Mr. Brown. Maafkan aku." Perempuan itu menggeleng.

          "Bagus. Dan jika aku masih mendapatimu tidak memperhatikanku lagi, Ms. Bradson, mohon maaf tapi kau harus meninggalkan kelas ini." Mr. Brown berkata dengan tenang, namun Sheryl tahu jika ucapan gurunya itu penuh dengan ancaman baginya. Perempuan itu mengangguk patuh.

          Sheryl mengabaikan banyak pikiran yang berkumpul di dalam kepalanya. Dia harus memberikan seluruh perhatiannya kepada Mr. Brown dan berhenti mengacaukan harinya sendiri. Perempuan itu berusaha memahami penjelasan pria tua itu sebelum merasakan sesuatu mengenai kepalanya. Dia menoleh kearah orang yang melemparinya dan mendapati Justin sedang menatapnya dengan tatapan mencemooh. Sialan. Benar-benar sialan.

          Pria itu terkekeh lantas berbicara tanpa suara, tapi Sheryl bisa menangkap dengan jelas apa yang dia katakan. 'Tertangkap melamun, eh?' Gadis itu membalas dengan dengusan kasarnya, kemudian kembali memusatkan perhatiannya kearah Mr. Brown. Jangan rusak harimu, Sheryl. Jadi, gadis yang tabah. Dia menggumamkan kata-kata itu seraya mengabaikan eksistensi seorang Justin Bieber.

          Dia menyerngit mendapati kertas yang telah di remas berada di atas mejanya. Lantas membuka kertas itu di dalam kolong mejanya. Membukanya diam-diam berharap agar laki-laki tua yang sedang mengajar di depan kelas tidak akan menangkap basah dirinya yang tak memperhatikan pria itu sekarang.

          'Jadi, kau ini gadis si-Sangster bedebah itu? Kuakui, aku sangat terkejut melihat kalian berduaan tadi pagi, aku bahkan tak menyangka jika Thomas masih normal. Aku pikir dia seorang gay.'

          Sheryl menyipitkan matanya. Dia mengejek Justin di dalam hatinya. Tulisan laki-laki itu sangat jelek, bagai jejak ceker ayam diatas kertas. Apa seorang Bieber itu suka menulis begini untuk meledek orang lain? Memalukan. Apa Sheryl perlu meneriaki di depan wajahnya jika tulisannya itu sangat buruk?

          Beberapa detik setelahnya bel berdenting. Untung saja. Kebetulan Sheryl memang sudah malas memerhatikan ocehan Mr. Brown yang tiada hentinya. Seperti apapun benda harus dijelaskan sejarahnya. Dan perempuan itu sangat muak. Dia bangkit dari tempat duduknya lalu melanggang keluar dari kelasnya menuju kantin. Sheryl mendengus mendapati tatapan-tatapan siswa NY High-school pada dirinya terang-terangan. Oh, apa yang diinginkan mereka semua? Sheryl sangat kesal jika harus ditatap seperti itu bagai mangsa mereka semua. Bagaimanapun, menjadi perhatian seisi sekolah bukan hal bagus. Apalagi mengingat Sheryl jarang sekali dilihat, jangankan untuk itu, di anggap keberadaannya saja tidak. Dan dipandangi orang-orang merupakan kejadian tidak biasa baginya.

          Tiba-tiba dia merasa pundaknya terasa berat, dia menoleh dan mendapati laki-laki berambut cokelat purang sedang merangkulnya dengan begitu santainya. Sheryl tidak tahu harus melepaskan rangkulan Thomas atau tidak, karena di satu sisi dia mendapat keuntungan disini. Orang-orang langsung mengalihkan pandangan mereka kepadanya dan pura-pura sibuk satu sama lain. Tapi di sisi lainnya, dia akan kembali jadi buah bibir sekolah akibat idola para perempuan disini berdekatan dengannya. Dia memutuskan untuk tetap diam saja. Toh, mereka semua juga sudah melihatnya dirangkul Thomas, melepas tangan pria itu tidak akan berpengaruh. Gosip ini pasti akan menyebar luas besok pagi.

Unbroken • jbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang