Chapter 28

311 37 38
                                    

Before you guys read this chap, kalian mungkin bisa dengerin lagu sedih dulu hehehe. Terus kalau mau baca beberapa chapter sebelum ini dong. Saran aja sih biar ngefeels bacanya. Terserah mau lagu apa aja, tapi kalo bingung saya bisa rekomendasiin playlist sad songs yang dibuat sama Spotify karena saya buat chap ini sambil dengerin lagu dari sana.

Anyway, chap ini bakal lebih panjang dari chapter yang lain, jangan sampai bosen ya bacanya. So, enjoy this freaking trashy chapter ;)

~ * ~ * ~

          Perempuan itu membuka kedua matanya sebelum mengerjap beberapa kali, mencoba mengatur isensitas cahaya matahari yang menelusup ke dalam pandangannya.

         Matahari telah datang dan bersinar begitu terang, dan hal itu membuatnya langsung tersadar. Sepertinya dia sudah benar-benar terlambat untuk memulai hari di pagi ini.

         Matanya praktis mencari jam di dinding sebelum praktis bangun dari kasurnya. Sheryl cepat-cepat menguncir rambutnya yang mengembang efek baru saja bangun tidur dengan asal. Langkahannya terdengar begitu buru-buru setelah kakinya menyentuh lantai.

         Dia hampir saja berlari menuju kamar mandi yang berada di sebelah dapur sebelum sebuah suara menghantikannya. "Sheryl? Ada apa denganmu?"

        Sheryl praktis menoleh dan menemukan eksistensi ibunya di sana. Ia terlihat sedikit bingung dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba. Tapi meski begitu, gadis itu tetap menjawabnya. "Aku sudah telat—"

        "Oh, sweetie, jangan terlalu tergesa-gesa. Kau tak akan terlambat melakukan apapun. Ini hari minggu, dan natal akan sebentar lagi datang," potong ibunya cepat seperti telah tahu isi kepala Sheryl.

          Sheryl diam beberapa saat sebelum menepuk jidatnya pelan. Bodoh. Pantas saja ibunya pulang ke rumah hari ini. Sekarang hari minggu, dan natal tinggal menghitung hari, ibunya pasti dapat jatah hari libur untuk beberapa hari ini. Untung saja ibunya di sini dan mengingatkannya.

          Kemudian Sheryl kembali menatap wanita paruh baya itu ketika ia berkata lagi padanya. "Apa yang kau tunggu di sana, young lady? Apa kau tak ingin membantu ibumu ini menyiapkan makanan ini ke meja makan?"

          Sheryl menganggukkan kepalanya. Ia langsung mengambil dua piring yang berisi lauk makanan dari sana dan menaruhnya di atas meja makan. Ia juga membantu ibunya menaruh beberapa piring-piring kosong ke atas meja itu.

         Setelah selesai dengan tugasnya, Sheryl buru-buru bertanya. "Kapan ibu sampai kemari? Mengapa aku sama sekali tidak mendengar kedatangan ibu?"

         Ibunya menggelengkan kepalanya merasa sama-sama tidak tahu, sama seperti dirinya. Kemudian wanita itu menyunggingkan senyuman hangatnya. "Itu bukan hal yang penting, Sheryl. Yang penting sekarang itu kita bisa berkumpul bersama, bukan?" Sheryl hanya menghela napasnya, ibunya memang selalu begini. Dia tak pernah mau membuatnya terbangun ketika ia datang di pagi-pagi buta. "Sekarang, bisa kau panggil Wayde untuk sarapan bersama kita? Aku masih perlu membuat cokelat panas untuk kalian,"

          Sheryl mengangguk kecil sebelum berjalan ke kamar adiknya. Gadis itu langsung mengetuk pintunya beberapa kali setelah sampai tepat di hadapan pintu kamar adiknya. "Wayde? Apa kau di dalam?" Tanyanya sembari menunggu jawaban adiknya. Namun nihil, tidak ada jawaban apapun. "Wayde?"

Unbroken • jbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang