Thomas melihat itu. Nyaris semua yang dilakukan mereka. Dan dia tidak pernah tahu apa yang Justin rasakan dulu sampai detik ini terjadi dalam hidupnya.
Dia melihat Justin dan Sheryl tertawa bersama. Melihat mereka berciuman. Juga melihat bagaimana tangan Justin dengan bebasnya menyentuh wajah Sheryl. Mata pria itu menyiratkan kasih sayang. Awalnya, dia berpikir, dialah yang lebih layak dari Justin untuk Sheryl. Cinta itu membutakan. Tapi Davis segera menahannya. Ternyata, cowok itu juga sedang memandang mereka berdua sama seperti Thomas, bedanya Davis memandang dua manusia itu dengan datar. Sedangkan Thomas menatap mereka penuh dengan perasaan sakit.
Hanya lewat satu tepukan dari Davis, Thomas seketika tersadar. Justin berhak bahagia. Itu artinya Justin berhak bersama Sheryl. Mereka berdua layak bersama dan saling mencintai. Thomas tahu Tuhan itu adil. Dulu, Justin berada di posisinya, tapi pria itu tak cukup egois untuk mempunyai niat sepertinya. Dia selalu mengalah untuknya. Dan Thomas sadar kini waktu yang tepat untuk mengalah. Karena dia tahu, dia bukan orang sejahat itu.
Davis menyelipkan batang rokoknya di bibirnya untuk dihisap, sebelum menariknya menggunakan kedua jarinya dan menghembuskan asapnya, membuat sebuah lingkaran sempurna di udara. "Kau menyukai Sheryl, right?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Sheryl dan Justin. Thomas menoleh kearahnya, memberikan tatapan sulit sebelum ikut menatap apa yang sedang Davis lihat. "Kalian mencintai gadis yang sama lagi, huh?"
Thomas menghembuskan napas beratnya. Nyatanya, meski dia yakin seratus persen untuk membiarkan kedua orang itu bahagia bersama, masih ada sisi hatinya yang terasa perih melihat mereka bisa sedekat itu. Namun dia bersumpah, ketika dia berjanji untuk membiarkan Justin bahagia, dia takkan ingin merebut Sheryl dari sisi pria itu. Apapun alasannya. "Entahlah. Tapi percayalah, man, aku tak berniat merusak kebahagian mereka."
Davis menolehkan wajahnya kearah Thomas. "Tapi, aku lebih menyukai kau yang bersama Sheryl,"
Cowok pirang itu menaikkan sebelah alisnya. Terlihat tidak mengerti dengan ucapan lawan bicaranya. "Apa maksudmu?"
"Kau tahu, kami bukanlah tipe orang selayaknya orang normal lainnya. Justin bukan pria yang kau kenal seperti dahulu. Waktu merubahnya. Dia bukan Justin yang senang berbagi padamu, atau Justin yang suka merengek pada ibunya. Dia pria brengsek. Justin bukan orang baik-baik."
Thomas melipat kedua tangannya di depan dada. Kembali menatap pasangan kekasih yang baru saja resmi beberapa menit yang lalu. "Aku yakin Justin sungguh-sungguh mencintai Sheryl. Aku tidak buta."
"Well, kau bisa berkata seperti itu sekarang. Aku tahu Justin mencintai Sheryl, dia takkan melukai gadis itu. Tapi bagaimana jika Sheryl tahu apa yang pernah Justin lakukan selama ini di London, huh? Apa kau yakin dia masih tetap akan bertahan pada bajingan sepertinya?" Thomas sedikit tidak terima dengan kalimat terakhir Davis. Dia berucap seolah Sheryl merupakan seorang gadis yang tidak setia. Namun belum sempat Thomas berkomentar, Davis segera menyelanya. "Ah, jangan salah paham begitu. Dia gadis baik-baik. Aku tahu itu dengan jelas,"
Thomas menghembuskan napas beratnya. Entah apa yang ingin dikatakan Davis sekarang, tapi dia tahu kemana arah pembicaraan ini akan bertuju. Davis pasti berniat memisahkan Justin dan Sheryl. "Apa kau masih ingat soal Nina?"
Seharusnya Thomas tidak berbicara lebih jauh bersama Davis, dia tak seharusnya membuat dirinya jadi ragu untuk membiarkan dua orang itu bahagia, tapi pembicaraan kali ini membuatnya merasa sedikit tertarik. "Nina? Bagaimana keadaannya sekarang?"
![](https://img.wattpad.com/cover/76944773-288-k105028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken • jb
FanfictionSheryl Bradson punya kehidupan yang membosankan sekaligus menyedihkan. Tidak ada yang menarik dalam ceritanya, dia hanya punya kisah yang sama setiap harinya; yaitu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan uang untuk keluarganya dapat bertahan hidu...