Chapter 9

465 47 15
                                    

          Thomas menarik napas dalam lalu membuangnya dengan berat. Matanya tak henti-hentinya menatap pusara di hadapannya dengan tatapan sedih. Pikirannya memaksanya  kembali untuk mengingat kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Dia mendesah dalam hati. Semua ini hanya menyakitinya. Bernapas saja rasanya sangat menyakiti paru-parunya.

          R.I.P
Mikaila Rosaline Jamie
1994-2009

          Matanya memandang nanar, memorinya terputar pada masa itu. Rambut cokelat gelap gadis itu, mata hijau zamrudnya, dan bibir merah muda seksinya. Thomas masih ingat dengan baik bagaimana suara kekehan perempuan itu. Mengingat ini semua membuat dadanya sesak. Tanpa bisa ditahan lagi, air matanya berjatuhan deras. Dia menutup mulutnya rapat-rapat sembari menggeleng. Tidak, dia tidak bisa terus disini. Tapi entah mengapa kakinya seperti di beri perekat, dia tidak bisa kemana-mana, tubuhnya hanya bisa mematung memandang gundukan tanah yang terdapat beberapa kuntum bunga lily yang dibawanya tadi. Dia merindukan gadis itu. Dia merindukan Mikaila-nya. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Mikaila. Jika bukan karena dirinya, pasti Mikaila masih ada disini. Tumbuh menjadi perempuan hebat yang memiliki pesona besar.

         Namun kenyataannya, perempuan itu telah beristirahat dengan tenang di sisi Tuhan. Thomas memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menyapanya. Dia hanyut dalam keadaan hening ini. Pria itu menerka-nerka apa yang sedang gadis itu lakukan disana. Apa dia bahagia? Apa tempatnya sekarang cukup membuatnya nyaman? Dia membuka matanya kemudian menarik seutas senyum tipis.

         "Hai, Mika," sapanya kaku seraya memandangi pusara di hadapannya dengan saksama. "Kau tahu, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Aku ingin melihatmu sekarang ini, aku ingin memastikan jika keadaanmu baik-baik saja. Kau merasa jauh lebih baik 'kan disana?" Thomas menarik napasnya sebelum melanjuti ucapannya. "Maafkan aku tidak mengunjungimu dalam waktu yang cukup lama. Kami dipindahkan ke London beberapa bulan setelah kematianmu, lalu baru kembali lagi sekarang kemari. Jadi, aku baru sempat menemuimu," sahutnya dengan nada yang cukup tenang.

           "Dan, Mikaila? Justin sangat berubah setelah kematianmu. Kau takkan percaya jika melihat sikapnya langsung sekarang ini. Apa dia pernah mengunjungimu? Kupikir dia hanya pernah datang kesini sekali ketika hari pemakamanmu, itupun tidak lama. Apa kau merindukannya? Dan... apa kau merindukanku juga?" Thomas terkekeh kecil, usai itu dia diam. Menatap pusara itu lama lantas mengusapnya dengan ibu jarinya penuh kehati-hatian. "Kau tahu, ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi, tapi sepertinya aku dan Justin akan menyukai wanita yang sama lagi. Dan aku yakin ini bukan pertanda yang baik. Terakhir kali itu terjadi, kau malah jadi seperti ini."

           "Gadis itu cukup menarik. Sangat menarik. Dari malam aku menemukannya, kurasa aku jatuh pada saat itu juga. Dia tidak punya fisik yang sama denganmu, tapi sifatnya benar-benar mirip denganmu. Apa jiwamu terjebak dalam tubuh lain? Oh, maaf, aku bergurau kali ini. Tapi demi Tuhan, kalian benar-benar seperti kembar. Bedanya hanya berbeda fisik,"

           "Namanya Sheryl Bradson, dia seorang gadis miskin yang memiliki dua adik. Aku tidak tahu banyak tentang hidup dan keluarganya, tapi aku yakin dia tidak seberuntung kita. Dia seseorang yang begitu penyayang, baik, dan tidak terlalu memikirkan apa yang perempuan normal pikirkan. Dia lebih mengutamakan keluarganya daripada dirinya sendiri. Dia cantik, sangat cantik. Tapi jangan pernah cemburu padanya karena soal ini, karena kau punya posisi terbaik di hatiku," Thomas menyeringai lebar. Dia membayangkan jika sedang benar-benar bicara dengan perempuan itu, pipi Mikaila pasti memerah saat ini. Dia senang sekali menggodanya dulu, tapi sekarang tidak banyak yang bisa dia lakukan. Sekedar bicara pada angin lalu layaknya sekarang saja dia bersyukur. Setidaknya dia masih punya harapan agar omongannya bisa di dengar gadis itu.

Unbroken • jbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang