Mulmed: Odessa – I Will Be There
~*~*~
"Ini enak sekali," gumam Sheryl ketika lidahnya merasakan chocolate mousse yang dipesankan oleh Thomas untuknya. "Ini benar-benar makanan manis ter-enak yang pernah kumakan!" Perempuan itu mendesah. Rasa makanan di hadapannya benar-benar membuatnya tak bisa berbohong sama sekali perihal rasanya.
Thomas hanya tersenyum geli sebelum manggut-manggut. "Seingatku ketika aku mengajakmu kemari, kau menolakku. Berani bertaruh kau akan menyesal seumur hidupmu jika aku langsung mengantarmu pulang tadi."
Sheryl hanya menyengir kuda lantas mengangkat kedua bahunya acuh. "Tidak juga," elaknya.
"Omong-omong aku akan ke toilet sebentar," ujar Thomas seraya bangkit dari duduknya dan segera berbalik menuju toilet, tapi sebelum itu ia menawarkan sesuatu terlebih dahulu pada Sheryl. "Umm... kupikir aku masih ingin memesan ice cream dengan tambahan macaroon. Apa kau tertarik juga?"
Tanpa berpikir lama gadis itu langsung menggeleng. "Ah tidak, aku sudah kenyang sekali."
"Oke, aku memesankanmu juga," angguk laki-laki itu sebelum benar-benar hilang dengan cepat dari pandangan Sheryl.
Sheryl menghela napasnya. Dasar cowok aneh, batin gadis itu berkata. Tapi meski begitu, Thomas benar-benar cowok yang selalu ada di saat Sheryl butuh seseorang. Seperti malam ini contohnya. Dan Sheryl sangat bersyukur punya teman semacam laki-laki sepertinya. Dia berharap Thomas akan memiliki perempuan yang terbaik di hidupnya, karena ya, pria itu memang pantas mendapatkan perempuan yang terbaik untuk menemaninya. Thomas adalah pria yang baik.
Gadis itu menyuapkan chocolate mousse-nya sekali lagi sebelum mengunyahnya lantas kembali memikirkan berbagai hal yang terjadi malam ini. Sejujurnya, ia sangat kesal dengan nenek dan Ayah Justin. Tapi ya, dia sadar jika tidak berhak merasa begitu. Bagaimana pun mereka pantas mengatur Justin, sekaligus melarang perempuan macam dirinya untuk berkencan dengan cowok itu.
Lagipula jika dipikir-pikir, Justin itu bagai cowok yang diidamkan perempuan-perempuan di seluruh dunia. Justin itu mungkin seperti seorang fictional character. Dia terlalu sempurna untuk jadi nyata, apalagi untuk dirinya yang notabennya gadis tak ada apa-apanya. Hanya perempuan yang hidup pas-pasan, tidak cantik-cantik sekali dan tidak bisa dikategorikan cewek lumayan. Meski pintar juga tidak bersikap jahat seperti orang-orang populer di sekolahnya, tetap saja dia masih jauh lebih buruk dari mereka.
Sheryl menghembuskan napas beratnya, tangannya kemudian bergerak memainkan sendok yang telah ia pakai tadi untuk memakan chocolate mousse-nya.
Lalu tiba-tiba satu pikiran terlintas di benaknya. Bagaimana jika Justin akan dijodohin oleh neneknya itu? Bagaimana jika memang maksud lain dari wanita itu merupakan penolakkan yang dikarenakan ia telah mempersiapkan calon untuk Justin sendiri? Bagaimana—dan pertanyaan yang diawali oleh 'bagaimana' terus diucapkan oleh batinnya.
Namun semua pikiran itu segera lenyap seketika, bahkan Sheryl berhenti mengaduk-aduk makanannya yang sudah terlihat menjijikkan akibat ulahnya sendiri ketika ia mendengar suara seseorang yang begitu familiar di telinganya.
"If you ever need someone to cry to,
If you ever need someone to hold you,"Sheryl hampir saja menjatuhkan sendoknya ke bawah lantai ketika menyadari suara itu merupakan milik Thomas. Oh, astaga! Gadis itu bahkan perlu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk membuktikan jika orang itu memang sungguhan Thomas. Oh... God. Apa yang pria itu lakukan di sana?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken • jb
FanfictionSheryl Bradson punya kehidupan yang membosankan sekaligus menyedihkan. Tidak ada yang menarik dalam ceritanya, dia hanya punya kisah yang sama setiap harinya; yaitu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan uang untuk keluarganya dapat bertahan hidu...