"Tidak." Thomas menjawab tanpa keraguan pun. "Kau bukan seorang jalang, Sheryl... bahkan kau jauh dari kata itu. Bagaimana bisa kau bertanya seperti itu padaku, hm?" Tanyanya dengan nada lembut. Suaranya mengalun benar-benar halus, membuat siapa saja tahu jika Thomas memperlakukan Sheryl berbeda seperti dia memperlakukan orang lain.
"Apa Justin mengatakan sesuatu yang tidak-tidak tentangmu? Apa dia mengataimu jalang, Sheryl?" Sheryl hanya menggeleng. Meski dia tahu pria itu takkan mempercayainya.
Thomas menghembuskan napasnya melihat Sheryl masih tetap diam saja usai bertanya padanya. Dia mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu bangun, yang langsung saja di sambut oleh Sheryl. Dia berucap 'terima kasih' walau terdengar tak berarti di telinga Thomas. "Kau sebaiknya mencuci wajahmu dulu di toilet. Kupikir wanita tak suka jika penampilannya terlihat buruk di depan umum." Tapi tidak denganku, balas Sheryl dalam hatinya. Dia hanya mengangguk menanggapi ucapan Thomas lantas melangkah setelah laki-laki itu bilang akan menunggu di depan toilet usai mengambil buku di lokernya sebentar.
Sheryl melangkah dengan gontai. Ini kedua kalinya dia menangis karena Justin. Ah, sebenarnya kemarin tidak sepunuhnya akibat Justin, tapi Thomas juga. Dia mendesah kemudian membuka pintu kamar mandi, melangkahkan kaki mendekati wastafel toilet. Sheryl menatapi pantulan wajahnya lekat lalu mendengus. Pantas saja Thomas menyuruhnya untuk ke kamar mandi terlebih dahulu, dirinya memang tampak buruk. Tangannya segera menyalakan keran air, mengisi tangannya dengan air dari sana untuk membasuh wajahnya. Kemudian meraih tisu yang terletak tidak jauh dari keran air untuk menghilangkan jejak-jejak air dari wajahnya. Setidaknya wajahnya terlihat lebih baik meski tak memberikan cukup perubahan dari yang tadi. Dia memutuskan untuk menguncir rambutnya ekor kuda lalu melangkah keluar kamar mandi. Namun dia tak menemukan apapun selain kekosongan. Mungkin Thomas lupa jika berjanji akan menunggu disini, lagipula bukan masalah besar baginya. Jadi Sheryl berpikir lebih baik melangkahkan kakinya sekarang ke kelas matematika yang perlu dia hadiri daripada menunggu Thomas yang kemungkinan yang tidak akan datang.
Kepalanya kembali mengingat kejadian tadi ketika Justin memojokkannya tiba-tiba saat dia sedang mengambil buku-bukunya di loker. Mengatainya jalang dan membuat paginya seburuk ini. Dan lagi-lagi dia dibuatnya menangis tadi. Sial. Dia tidak seharusnya terjebak dengan Justin dan Thomas sejauh ini. Sheryl tidak seharusnya menyikapi mereka. Pikirannya terus menyalahkannya. Dia memang tak seharusnya berhubungan dengan dua laki-laki kaya itu. Mereka berbeda kasta dengannya. Sheryl bahkan tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia membiarkan takdir menariknya lebih jauh. Apa Justin akan making sering mengatainya seenaknya? Bersikap egois seakan-akan dia memang pantas bersikap seperti itu. Pria itu hanya memiliki harta orang tuanya, bahkan membayangkan laki-laki itu memang punya otak rasanya tak mungkin.
Sheryl segera memasuki kelasnya, dia langsung terdiam menyadari jika tatapan-tatapan di kelasnya menatapnya seakan ingin menerkamnya. Oh, sial, ternyata sudah masuk. Mrs. Gradie menatapnya tajam. Ah, kenapa dia bisa setuli ini sampai-sampai tak menyadari jika bel sudah berbunyi. "Ms. Bradson?" Panggil Mrs. Gradie yang segera menyadarkannya.
"Y—ya?" Jawab Sheryl dengan terbata-bata akibat ketakutan. Mrs. Gradie termasuk guru yang tak seharusnya masuk dalam daftar guru yang bisa kalian kerjai. Guru ini semacam guru killer. Apalagi dia seorang guru matematika. "Apa yang kau lakukan disana?"
"A—aku? Aku sedang... ah, aku juga tidak tahu juga aku sedang apa, Mrs. Gradie." Sheryl menampilkan cengiran kudanya, dia mengumpat setelahnya. Kenapa dia bodoh sekali, sih?! Dia menghela napas beratnya. Dasar mulut bodoh. "Jika, Mrs. Gradie, tak mengijinkanku masuk kelasku yang sekarang, tidak apa. Aku akan segera pergi. Aku minta maaf karena aku sangat bodoh karena tidak mendengar bel masuk." Lanjutnya buru-buru berbalik untuk segera melenggang pergi dari sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/76944773-288-k105028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken • jb
FanfictionSheryl Bradson punya kehidupan yang membosankan sekaligus menyedihkan. Tidak ada yang menarik dalam ceritanya, dia hanya punya kisah yang sama setiap harinya; yaitu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan uang untuk keluarganya dapat bertahan hidu...