Bel pulang sekolah sudah berdering, tapi pikiran Sheryl masih terngiang-ngiang dengan ucapan Justin tadi. Dia menggerutu dalam hati. Gadis itu bahkan tidak bisa fokus sedikitpun ketika pelajaran Mrs. Andrea. Namun Sheryl segera mengejap beberapa kali sebelum bangkit dari bangkunya dan berseru ketika menyadari jika perempuan berambut merah yang sedari tadi ia perhatikan itu akan pergi.
"Megan!"
Perempuan yang dipanggil itu lantas berhenti melangkah dan menoleh sebelum menjawab. "Apa?"
Sheryl menarik napasnya kemudian menghampiri cewek itu. "Kau ingin kemana?"
Megan terlihat bingung dengan pertanyaan Sheryl. Tentu saja dirinya akan pulang, dan pertanyaan seperti ini tidak biasanya ditanyakan oleh gadis itu. Pantas saja dia merasa bingung. "Apa maksudmu? Tentu saja aku akan pulang, Sheryl."
Ah sial. Sheryl bisa-bisa ketahuan menyembunyikan sesuatu dari Megan jika begini. Gadis itu memejamkan matanya sembari meringis beberapa detik sebelum menggeleng dan menarik seutas senyum kecil.
Memang mereka bertiga sama-sama sepakat untuk merahasiakan pembicaraan mereka bertiga dari Megan. Bukannya tidak ingin Megan ikut campur, tapi untuk sekarang memang lebih baik Megan tidak perlu tahu-menahu soal apapun tentang ini.
"Tidak, hanya saja... kau tahu, sepertinya aku perlu lebih seperti anak normal lainnya. Ya maksudku, seperti jalan bersama teman atau sekedar berkunjung ke rumah mereka, begitulah. Berhubung kau satu-satunya teman gadisku disini."
Megan tampak mengerutkan dahinya beberapa saat sebelum tersenyum lebar. "Jadi maksudmu kau ingin jalan bersamaku?"
Sheryl mengangguk cepat.
"Itu ide bagus. Kita bisa jalan-jalan sekarang," angguk Megan bersemangat, tapi tidak lama wajahnya berubah sedikit kusut. "Oh ya, tapi aku harus mengunjungi rumah lamaku hari ini. Ayahku akan kembali ke New York besok, dan aku tak akan sanggup datang ke rumahnya dan bertemu dengannya secara langsung, jadi hari ini hari terakhir aku bisa mengunjungi rumah lamaku. Aku perlu mengambil sesuatu disana. Bagaimana dengan besok?"
Sheryl meneguk ludahnya sembari mengedipkan matanya beberapa kali. Kesempatan yang bagus untuk menemukan beberapa barang yang berhubungan dengan Mikaila disana. "Ah, aku bisa ikut denganmu ke rumah lamamu terlebih dahulu. Bukan masalah."
Perempuan itu sedikit merasa aneh dengan temannya, terlihat dari caranya memandang Sheryl dengan mata menyipit. Membuat jantung gadis itu memompa lebih cepat, dia takut Megan akan menyadari sesuatu. Tapi tak lama dari itu, Megan mengangguk dan menarik tangannya. "Baiklah, tapi kau tidak boleh berceloteh ria jika aku menghabiskan waktu yang lama disana."
"Tenang saja, Megan."
Sheryl sedikit tersaruk mengikuti langkahan besar Megan. Apalagi tangannya di tarik oleh perempuan itu. Tapi yang dilakukannya hanya diam, biasanya mungkin Sheryl akan menyuruh Megan agar lebih pelan. Entahlah, dia pikir lebih baik diam saja. Yang dia pentingkan adalah rencananya untuk menyelinap ke kamar Mikaila nanti, dia harus mencari beberapa barang penting yang kemungkinan bisa membantunya mencari tahu siapa pelaku dari kejadian tabrakan yang merenggut nyawa Mikaila.
Megan segera menghentikan langkahnya ketika mereka tepat berdiri di hadapan mobil putihnya—yang tidak diketahui Sheryl sama sekali tentang mereknya—. "Tunggu, jadi selama ini kau mempunyai mobil? Kenapa kau tidak pernah menggunakannya dengan baik dan memilih menumpang dengan orang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken • jb
Hayran KurguSheryl Bradson punya kehidupan yang membosankan sekaligus menyedihkan. Tidak ada yang menarik dalam ceritanya, dia hanya punya kisah yang sama setiap harinya; yaitu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan uang untuk keluarganya dapat bertahan hidu...